Kemandirian Amal Kebaikan
Al-Quran mendorong manusia bebas tanpa tekanan dalam melakukan apa saja dalam rangka menciptakan amal kebaikan.
Amal kebaikan itu akan kembali kepada diri. Oleh karena itu bergantung pada orang lain atau orang lain menggantungkan diri pada kita tidak dipandang sebagai kebaikan. Karena pertanggungjawaban akan kembali kepada diri sendiri, bukan kolektif.
Kebaikan akan berpengaruh positif pada diri kita sendiri bukan kepada orang lain. Hal ini sebagaimana dinarasikan Al-Qur’an berikut :
مَنْ عَمِلَ صَا لِحًـا فَلِنَفْسِهٖ وَمَنْ اَسَآءَ فَعَلَيْهَا ۗ وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّا مٍ لِّلْعَبِيْدِ
“Barang siapa mengerjakan kebajikan maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barang siapa berbuat jahat maka (dosanya) menjadi tanggungan dirinya sendiri. Dan Tuhanmu sama sekali tidak menzalimi hamba-hamba-Nya).” (QS. Fussilat : 46)
Setiap pribadi disugesti untuk melakukan amal kebaikan yang berdampak pada dirinya di masa depan (akhirat)
Al-Qur’an mensugesti kita secara mandiri untuk berbuat baik guna mempersiapkan akherat. Hal merujuk pada firman Allah berikut:
يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَـنْظُرْ نَـفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۚ وَا تَّقُوا اللّٰهَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ بِۢمَا تَعْمَلُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr : 18)
Pribadi yang matang akan memanfaatkan waktu di tanah suci untuk berbuat baik karena Allah akan melipatgandakan setiap amalan kita dengan lipatan seratus ribu. (*)
Makkah, 2 Juni 2024
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News