Membersihkan Diri di Dunia, Tidak Menunggu di Akhirat

Saudaraku seiman rahimakumullah, ketahuilah bahwa tubuh atau badan kita ini adalah milik Allah Azza Wa Jalla, yang dititipkan kepada kita.

Dahulu, tatkala pemilik-Nya menitipkan tubuh ini ke kita, Dia titipkan dalam keadaan bersih dan suci, dan suatu saat nanti pasti pemilik-Nya akan mengambilnya kembali.

Dia mewajibkan untuk dikembalikan dalam keadaan bersih. Bukan dalam keadaan kotor.

Jangan terlambat membersihkan jiwa raga di dunia. Daripada harus dibersihkan oleh pemilik-Nya di akhirat kelak dengan bara api neraka.

Berbahagialah yang suka membersihkan dirinya yang selalu menyucikan dirinya.

Allah Ta’ala berfirman:

Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu. (QS. Ash-Shams: 9)

Kotoran apa yang harus dibersihkan?

Kesyirikan:
Beribadah dan menghambakan diri kepada selain Allah Azza Wa Jalla, dan beragama tidak dengan agama Allah, yaitu Islam. Hal ini yang wajib dibersihkan dari diri setiap manusia.

Bid’ah:
Mengamalkan tuntunan Agama yang tidak pernah datang dari Allah Azza Wa Jalla dan Rasul-Nya, dengan mengada-adakan perkara ibadah baru dalam agama.

Maksiat:
Mengikuti hawa nafsu dan syahwat untuk kesenangan dunia dengan melanggar larangan Allah seperti berzina (zina mata, zina hati, pacaran, berbuat riba, minum khomer, korupsi, mencuri, dan lain-lain).

Dengan apa membersihkannya?

Ilmu yang bermanfaat:
Yaitu ilmu yang murni datang dari Allah Azza Wa Jalla dan Rasul-Nya melalui Alquran dan Sunah.

Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf, seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah), dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.(QS. Al-Jumu’ah: 2)

Amal Saleh:
Mengamalkan ilmu dengan istikamah, melakukan ibadah dan ketaatan kepada Allah Azza Wa Jalla,

Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk, itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.(QS. Hud : 114)

Ibnul Jauzi rahimahullah berkata, “Barang siapa yang menyukai amalannya tidak terputus setelah ia meninggal, maka hendaknya ia menyebarkan ilmu yang bermanfaat.” (At-Tadzkirah 55). Barakallah fiik.(*)

*) Ferry Is Mirza DM, Aktivis Muhammadiyah dan Sekretaris Dewan Kehormatan PWI Jatim

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini