UM Surabaya

Muhammadiyah Gandeng Ormas Lintas Iman

Muhammadiyah melalui program Mentari TB bekerja sama dengan Kemenkes dan USAID menggandeng lima ormas keagamaan lintas iman untuk mengeliminasi jumlah pengidap Tuberkulosis (TB).

Agenda bersama mengeliminasi beban jumlah TB di Indonesia ini dilakukan pada Rabu (5/6) dalam Peringatan Puncak Hari TB Sedunia yang diselenggarakan di Masjid Kh. Sudja RS PKU Muhammadiyah, Gamping, Sleman.

Ketua Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Agus Syamsudin mengungkapkan, Persyarikatan Muhammadiyah saat ini telah menyiapkan rumah sakit untuk menangani TB Resistensi Obat (RO).

Perlu diketahui, TB RO adalah infeksi Tuberkulosis yang menyerang tubuh yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang kebal obat akibat dari pengobatan yang tidak benar.

Jenis TB RO ini tidak bisa ditangani di fasilitas kesehatan (Faskes) Puskesmas, sebab memerlukan tindakan khusus. Berbeda dengan TB Sensitif Obat (SO) yang oleh Kemenkes disarankan untuk pengobatan ke Puskesmas.

Agus Syamsudin menambahkan, dalam pengobatan pasien suspek TB tidak bisa dilakukan satu arah dan menyasar kepada pasien tersebut saja. Melainkan juga keluarga harus diedukasi, sebab sakit TB ini menular.

Pada 2023 Indonesia menempati peringkat kedua sebagai negara dengan jumlah beban TB sedunia di bawah India. Agus memaparkan, sejak 2020 Mentari TB telah menskrining 8,8 juta orang.

“Setelah itu kita melibatkan 110 Rumah Sakit Muhammadiyah-’Aisyiyah (RSMA) berkontribusi cukup signifikan, dan menjadi salah satu contoh keberhasilan di dalam penangan TB bersama USAID,” ungkapnya.

“Dan pada hari ini adalah waktu yang bersejarah, kita ingin meluaskan rahmatan lil alamin organisasi Muhammadiyah untuk bersama-sama dengan organisasi keagamaan yang lain,” katanya.

Sementara itu, Direktur Kantor Kesehatan USAID Jeff Kowen menuturkan, bahwa mengeliminasi TB penting untuk pembangunan Indonesia. Sejak kerja sama pada 2020, USAID dan Muhammadiyah telah menyalurkan obat ke lebih dari 30 ribu pasien.

 

“Saya terkesan dengan pendekatan inovatif yang dilakukan Muhammadiyah, seperti skrining TBC yang sistematis dan praktik baik lainnya,” ungkap Jeff.

Menurutnya inovasi yang dilakukan oleh Muhammadiyah ini telah meningkatkan deteksi, pengobatan, dan perawatan kasus TB. Jeff berharap, praktik baik yang dilakukan Muhammadiyah disebarkan dan dipraktikkan di rumah sakit lain.

Apresiasi juga disampaikan dr. Tiffany Tiara Pakasi, Ketua Tim Kerja TBC dari Kemenkes. Sama dengan Jeff, dr. Tiffany berharap praktik baik yang dimiliki Muhammadiyah bisa diimplementasikan di rumah-rumah sakit lain.

Dia berpesan supaya pengobatan yang dijalani oleh pasien TB harus tuntas, jangan separuh jalan berhenti. Sebab jika demikian akan menjadi TB RO, dan ketika sudah demikian membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengobatinya. (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini