*) Oleh: Dr. Slamet Muliono Redjosari
Nabi diutus untuk menghidupkan spirit ketuhanan untuk mewujudkan keselamatan dan kesejahteraan abadi di akhirat.
Nabi pun bersemangat berjuang tanpa ada terbersit niat untuk mendapatkan cuilan duniawi.
Atas ajakan dakwah itu, kebanyakan manusia menolak karena tergoda oleh kenikmatan sesaat sehingga menghanguskan impiannya.
Spirit Perjuangan
Sejak awal rasul diberi amanah untuk menyampaikan risalah suci kepada umatnya tanpa berharap imbalan. Mereka ikhlas tanpa berharap imbalan. Berharap imbalan bukan hanya buruk di mata manusia tetapi mengotori nilai-nilai suci itu sendiri.
Oleh karena itu, para rasul ditanamkan dalam hatinya untuk menyampaikan risalah suci tanpa berharap balasan dunia. Hal ini ditegaskan Allah sebagaimana firman-Nya :
قُلْ مَاۤ اَسْـئَـلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ اَجْرٍ اِلَّا مَنْ شَآءَ اَنْ يَّـتَّخِذَ اِلٰى رَبِّهٖ سَبِيْلًا
“Katakanlah, “Aku tidak meminta imbalan apa pun dari kamu dalam menyampaikan (risalah) itu, melainkan (mengharapkan agar) orang-orang mau mengambil jalan kepada Tuhannya.” (QS. Al-Furqan : 57)
Mengharap dunia sama saja menutup jalan pengikutnya untuk mengikuti petunjuknya.
Dunia memiliki daya sihir yang kuat sehingga merendahkan dirinya.
Al-Qur’an telah membuka tabir kehinaan lewat kisah para tukang sihir saat mendekat Fir’aun. Mereka mengungkap misi besarnya untuk membantu Fir’aun membunuh Nabi Musa.