2. Semakin sesat orang yang berlindung dengan jin
وَّاَنَّهٗ كَا نَ رِجَا لٌ مِّنَ الْاِ نْسِ يَعُوْذُوْنَ بِرِجَا لٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَا دُوْهُمْ رَهَقًا
“dan sesungguhnya ada beberapa orang laki-laki dari kalangan manusia yang meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki dari jin, tetapi mereka (jin) menjadikan mereka (manusia) bertambah sesat.” (QS. Al-Jinn 72: Ayat 6)
3.Kajian Tafsir Ibnu Katsir
Tentang Keesaan Allah SWT
Al-Ikhlas, ayat 1-4:
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4)
“Katakanlah, “Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula-diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”
Dalam pembahasan yang terdahulu telah disebutkan latar belakang penurunannya. Ikrimah mengatakan bahwa ketika orang-orang Yahudi berkata, “Kami menyembah Uzair anak Allah.”
Dan orang-orang Nasrani mengatakan, “Kami menyembah Al-Masih putra Allah.” Dan orang-orang Majusi mengatakan, “Kami menyembah matahari dan bulan.” Dan orang-orang musyrik mengatakan.”Kami menyembah berhala.” Maka Allah menurunkan firman-Nya kepada Rasul-Nya:
{قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ}
“Katakanlah.”Dialah Allah Yang Maha Esa.” (Al-Ikhlas: 1)
Yakni Dialah Tuhan Yang Satu, Yang Esa, Yang tiada tandingan-Nya, tiada pembantu-Nya, tiada lawan-Nya, tiada yang serupa dengan-Nya, dan tiada yang setara dengan-Nya. Lafaz ini tidak boleh dikatakan secara i’sbat terhadap seseorang kecuali hanya Allah (Subhanahu wa Ta’ala) Karena Dia Mahasempurna dalam segala sifat dan perbuatan-Nya.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
{اللَّهُ الصَّمَدُ}
“Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.” (Al-lkhlas: 2)
Ikrimah telah meriwayatkan dari lbnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah yang bergantung kepada-Nya semua makhluk dalam kebutuhan dan sarana mereka. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari lbnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah Tuhan Yang Mahasempurna dalam perilaku-Nya, Mahamulia yang Mahasempurna dalam kemuliaan-Nya, Mahabesar yang Mahasempurna dalam kebesaran-Nya, Maha Penyantun yang Mahasempurna dalam sifat penyantun-Nya, Maha Mengetahui yang Mahasempurna dalam pengetahuan-Nya, dan Mahabijaksana yang Mahasempurna dalam kebijaksanaan-Nya.
Dialah Allah Yang Mahasempurna dalam kemuliaan dan akhlak-Nya. Dan hanya Dialah Allah (Subhanahu wa Ta’ala) yang berhak memiliki sifat ini yang tidak layak bagi selain-Nya. Tiada yang dapat menyamai-Nya dan tiada yang setara dengan-Nya, Mahasuci Allah Yang Maha Esa lagi Mahamenang.
Al-A’masy telah meriwayatkan dari Syaqiq, dari Abu Wa’il sehubungan dengan makna firman-Nya: yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. (Al-lkhlas: 2) Tuhan Yang akhlak-Nya tiada yang menandingi-Nya. Asim telah meriwayatkan hal yang semisal dari Abu Wa’il, dari Ibnu Mas’ud.
Malik telah meriwayatkan dari Zaid ibnu Aslam sehubungan dengan makna firman-Nya: Yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. (Al-lkhlas: 2) Yakni As-Sayyid alias penguasa. Al-Hasan dan Qatadah mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah Yang Kekal sesudah makhluknya.