UM Surabaya

Kemudian, ketika Sa’ad As-Salmi hendak membelanjakan uangnya Sa’ad As-Salmi mendengar pengumuman bahwa Rasulullah memerintahkan kewajiban jihad Fii Sabilillah kepada para sahabat-Nya. Tentu ini merupakan ujian yang tidak ringan bagi Sa’ad As-Salmi.

Baru saja Sa’ad As-Salmi merengkuh kebahagiaan yang dicarinya sekian lama, kini harus ditinggalkannya. Namun bagi Sa’ad As-Salmi panggilan jihad itu lebih indah dibandingkan bercengkrama dengan istri yang dicintainya.

Sa’ad As-Salmi mengutamakan jihad di jalan Allah sebagi bukti cintanya yang begitu besar kepada Allah dan Rasul-Nya. Maka dengan lantang Sa’ad As-Salmi berkata dengan penuh keyakinan, “Sungguh, hari ini akan kujadikan dirham-dirhamku untuk sesuatu yang libih dicintai Allah, Rasul-Nya, dan seluruh umat manusia yang beriman”.

Lalu Sa’ad As-Salmi membelanjakan uangnya untuk membeli peralatan perang. Seperti kuda, pedang, tombak, perisai dan baju besi. Dan dengan gagah berani, dia bertempur bersama pasukan Muhajirin. Tapi kehendak Allah adalah ketetapan yang harus diterima oleh seluruh makhluk-Nya.

Ternyata, Sa’ad As-Salmi ditakdirkan untuk meninggalkan kenikmatan duniawi yang belum dinikmati seluruhnya. Sa’ad As-Salmi termasuk dari sekian ratus pasukan Islam yang terluka parah dan akhirnya Sa’ad As-Salmi gugur di medan perang dan menjadi syuhada’.

Sa’ad As-Salmi mendapatkan gelar mulia yang di damba-dambakan oleh semua sahabat ketika berlaga dimedan perang untuk menjadi seorang Mujahid.

Ketika para tentara Muslimin yang terluka dievakuasi, ditemukan seonggok tubuh terbungkus baju besi dan berimbah luka yang dibalut dengan darah, sampai-sampai sahabat Rasulullah yang lain tidak bisa mengenali pemuda dibalik baju besi yang masih dipakainya itu.

Bahkan sahabat Ali bin Abi Tholib pun salah mengira identitasnya. Ini menunjukkan kalau Sa’ad As-Salmi bukanlah seorang sahabat yang dikenal oleh khalayak orang. Akan tetapi Rasulullah melihat baju besinya yang berwarna hitam, menduga bahwa itu adalah Sa’ad As-Salmi, sambil meyakinkan diri-Nya, Rasulullah bertanya kepada Sa’ad As-Salmi, “Apakah benar engkau Sa’ad As-Salmi?”.

“Benar saya Sa’ad As-Salmi ya… Rasulullah!,” jawab Sa’ad As-Salmi dalam keadaan berbaring dan tidak bisa bergerak dikarenakan luka dan darah yang ada di sekujur tubuhnya.

Dengan penuh haru, Rasulullah mengangkat kepala Sa’ad As-Salmi kepangkuan-Nya. Kemudian Rasulullah mengusap debu yang mengotori wajah Sa’ad As-Salmi dengan tangannya sendiri.

Tak lama kemudian, kesatria Islam yang gagah berani itu akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya dan meninggalkan kehidupan duniawi yang fana untuk selama-lamanya. Maka Rasulullah berkata, “Wahai Sa’ad As-Salmi, sungguh harum semerbak aromamu karena kebesaran cintamu kepada Allah dan Rasul-Nya”.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini