Segenap kader Muhammadiyah harus mempertahankan benteng marwah organisasi.
Pandangan ini sejalan dengan Kepribadian Muhammadiyah yang memilih fokus sebagai gerakan dakwah Islam daripada terlibat langsung dalam politik praktis.
Muhammadiyah pada level pimpinan, Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM), Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) dan kader ekstra perlu mempertahankan benteng marwah organisasi.
Tidak menjadi bagian kepentingan politik dan korporasi yang oportunis-pragmatis.
Sejak awal, Muhammadiyah fokus gerakannya pada bidang pendidikan, kesejahteraan sosial, serta tidak menjadi organisasi politik.
Muhammadiyah merupakan gerakan dakwah yang menyebarluaskan dan memajukan ajaran Islam melalui jalur pembinaan masyarakat, bukan melalui jalur partai politik atau perjuangan politik-kekuasaan.
Muhammadiyah itu organisasi besar yang harus dijaga marwah dan keberadaannya secara seksama dan arif bijaksana.
Segenap kader Muhammadiyah juga harus memperkuat basic gerakan keilmuan Islam yang berwatak profetik dan advokatif dalam bingkai keadaban.
Kesadaran profetik berarti kader Muhammadiyah mesti memiliki nilai humanisasi yang memanusiakan manusia, liberasi yang membebaskan manusia dari ragam belenggu, dan transendensi yang membangun hubungan dengan Tuhan.
Setidaknya tiap-tiap kader Muhammadiyah memerkokoh karakter “memberi lebih mulia dari pada meminta dan menyalahgunakan amanat.”
Penyalahgunaan amanat hanya akan memproduksi kemudaratan dan menjauhkan kemaslahatan.
Daripada meminta dan menyalahgunakan amanat, lebih baik mempertajam fokus gerakan kader profesional untuk pegiat advokasi kemanusiaan dan kebangsaan dengan amaliah insaniyah dan ihsaniyah.
Perlu mekanisme institusional untuk gerakan pencegahan dan penindakan penyimpangan wasiat KH Ahmad Dahlan: “Tidak menjadikan Muhammadiyah sebagai batu loncatan kepentingan politik dan bisnis sesaat-nir adab.” (*)
(Disampaikan Ketua PP Muhammadiya Busyro Muqoddas dalam acara Dialog Ideopolitor di Universitas Ahmad Dahlan, Jogjakarta, 6 Mei 2023)