Perubahan Radikal dari Fisikal ke Digital Jadi tantangan Abad Kedua
Dadang Kahmad

Ini salah satu kutipan populer dari Ahmad Dahlan bahwa Muhammadiyah pada masa sekarang ini berbeda dengan Muhammadiyah pada masa mendatang. Karena itu, perlu meraba-raba tantangan apa Muhammadiyah pada abad kedua ini?

Kita sukses pada abad pertama, mendapat penghargaan dari berbagai pengamat, jumlah fasilitas sosial yang kita bangun begitu banyak.

Tapi itu produk abad pertama, tantangan pada abad kedua justru sangat berbeda. Apakah kita akan mempertahankan gaya lama?

Tantangan utama Muhammadiyah pada kedua adalah adanya fenomena perubahan radikal dari fisikal ke digital.

Era digital adalah masa di mana semua serba mudah dan tidak ada batasannya.

Hampir segala lini kehidupan, dari pendidikan, kesehatan, hingga ekonomi, sudah mulai terdigitalisasi.

Hal ini terjadi karena penemuan manusia akan internet. Di Indonesia sendiri internet mulai masuk pada tahun 90an dan berkembang pesat pada periode 2000an.

Sejak diketemukan internet pada tahun 1990an, dunia berubah dengan cepat. Hubungan antarmanusia tidak lagi seperti dahulu, bersifat organik, tetapi berubah bersifat virtual atau digital.

Sekarang hampir sebagian besar manusia menggunakan alat komunikasi melalui jejaring internet, jarak jauh dan melalui sosial media.

Penemuan internet menjadi penanda masuknya era Industri 4.0. Jika revolusi industri 3.0 sukses mengotomasi seluruh proses produksi dengan sesedikit mungkin campur tangan manusia, maka revolusi industri 4.0 melahirkan mesin pintar yang mampu berpikir.

Di era revolusi industri 4.0 ini, manusia menerapkan digitalisasi dalam berbagai aspek kehidupan.

Hadirnya era 4.0 ini membawa pada perubahan dalam pola beragama. Perkembangan teknologi media ke arah lebih canggih, instan, interaktif, menyebabkan anak muda lebih banyak menyerap informasi keislaman yang dikemas menggunakan media konvergensif.

Khawatirkan generasi muda tidak menerima informasi berislam dan bermuhammadiyah.

Karena itu, Muhammadiyah yang mengusung semangat pembaharuan (tajdid) mesti menghadirkan wajah baru dalam berdakwah melalui berbagai platform media berbasis digital sehingga cocok dengan karakter komunitas virtual.

Komunitas virtual yang tidak terbatas oleh tempat, waktu, ideologi, status sosial ekonomi maupun pendidikan, sehingga memberikan kesempatan bagi Muhammadiyah untuk mendapatkan respons positif dari seluruh pelosok dunia. (*)

(Ketua PP Muhammadiyah Dadang Kahmad dalam acara Dialog Ideopolitor di Universitas Ahmad Dahlan, 7 Mei 2023)

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini