*) Oleh: Masro’in Assafani, MA
Wakil Ketua PDM Lamongan
بسم الله الرّحمن الرّحيم
Sang Khalik adalah Zat yang Maha Pencipta, Al-Mushauei yang Maha Membentuk rupa semua itu atas Kuasa-Nya.
Makhluk hidup dari dan atas ciptaan yang Maha Hidup, Yang Maha menghidupkan di dalam asmaul husna disebut Al-Muhyi (المحي), yaitu Yang Maha Menghidupkan.
Adapun ciri kehidupan adalah sejauh mana sesuatu yang hidup, pasti ada gerakan, sesuatu apa pun bila ada gerakan, maka disaksikan masih hidup dikarenakan ada gerakan, inilah ciri ataupun tanda ada kehidupan.
Ciri ada sebuah gerakan, gerakan yang ada itulah tanda ada kehidupan.
Bicara hakikat hidup, maka bisa kita analogkan pada pergerakan atau gerakan. Apa pun yang bergerak itulah dikatakan hidup, walaupun gerakan yang amat kecil sekalipun, itu merupakan tanda kehidupan..
Kehidupan yang mengalami kemajuan merupakan rumpun pencerahan. Dari pencerahan dan kemajuan, maka kita akan ingat sebuah ide besar Muhammadiyah.
Sejak Tanwir di Samarinda sampai puncak Muktamar Makassar, “Dakwah Pencerahan Menuju Indonesia Berkemajuan”, terus tumbuh hingga dewasa ini. Bergerak dengan menghidupkan kembali gerakan filantropi.
Dari inspirasi tersebut semoga nantinya berkemampuan melangsungkan amal Muhammadiyah.
Sebagai mana Sayyid Kutb dalam Fii Dlilalil Al-Qur’an memberikan pandangan dalam hakikat hidup yang dilihatnya dari beberapa ciri, sebagai berikut:
الحقيقة الحياة ؛
١. فاعلية
٢. نمو
٣. الامتداد
Artinya, hakikat hidup itu:
1. Ada gerakan
2. Ada pertumbuhan
3. Ada kesinambungan.
Semisal Muhammadiyah ini terus bergerak, tentu para mujahid mujahidahnya, di segala sektor maka di sanalah organisasi dikatakan benar benar hidup.
Ortomnya pun demikian. Bila semua aktivitas bergerak, maka dengan sendirinya lambaian, kibaran panji Islam itu akan membuka cakrawala masa depan yang gemilang.
Pak AR Fahruddin menyatakan, ruh Muhammadiyah adalah mengaji.
Daru akar rumput di ranting sampai pimpinan pusat, bila terus menjaga kegiatan yang familier ini yaitu mengaji, maka itulah bagian dari kehidupan organisasi.
Untuk itu dari semua unsur Muhammadiyah akan tumbuh serta merajut estafet keberlangsungan masa depan Islam yang berkemajuan.
Tulisan singkat ini bukan bermaksud untuk menggurui namun untuk berbagi.
Imam Syafi’i menyatakan:
كلما ازددت علما ازددت علما بجهل
“Setiap bertambah ilmuku, maka bertambahlah kebodohanku.”
Dari sini Imam Syafi’i memberi pelajaran yang tinggi dan sangat mendalam, seseorang yang semakin menekuni ilmu, dan terus membaca, mengkaji, memahami maka akan serasa banyak ilmu yang belum banyak dimiliki.
Maka guna menjiwai kehidupan adalah menuntut ilmu. Dengan menuntut ilmu manusia akan menjadi hidup yang sesungguhnya.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضِ وَا خْتِلَا فِ الَّيْلِ وَا لنَّهَا رِ لَاٰ يٰتٍ لِّاُولِى الْاَ لْبَا بِ ۙ
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal,” (QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 190)
Ayat tersebut memberikan inspirasi kehidupan, yang dari hasil pemikirannya.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
قَا لَ فِيْهَا تَحْيَوْنَ وَفِيْهَا تَمُوْتُوْنَ وَمِنْهَا تُخْرَجُوْنَ
“(Allah) berfirman, Di sana kamu hidup, di sana kamu mati, dan dari sana (pula) kamu akan dibangkitkan.” (QS. Al-A’raf 7: Ayat 25)
Semoga manfaat. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News