*) Oleh: Ferry Is Mirza DM
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Ketika Allah Ta’ala menetapkan takdir para makhluk, Allah Ta’ala menulis dalam kitab-Nya (Lauhul Mahfuzh). Yang kitab tersebut ada disisi-Nya, di atas Arsy. Allah menuliskan, ‘sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan murka-Ku” (HR. Bukhari)
Allah menciptakan makhluk dengan kehendak-Nya, bukan karena Allah butuh pada makhluk.
Imam Al-Muzani rahimahullah mengatakan:
“Makhluk tidak mempunyai kekuasaan untuk mendapat manfaat dalam berbuat ketaatan, juga tidak mampu untuk menolak hal-hal yang bisa memalingkannya dari maksiat.”
Maksudnya adalah manusia tidak bisa melakukan ketaatan dan meraih manfaat melainkan dengan pertolongan Allah. Begitu pula tidak ada yang bisa selamat dari maksiat kecuali dengan pertolongan Allah.
Allah Ta’ala berfirman:
“Jika Allah menimpakan sesuatu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendakiNya di antara hamba-hamba-Nya dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Yunus: 107)
“Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya.” (QS. Ar-Ra’du: 11)
Bahasan inilah yang dimaksud dalam kalimat hawqalah “laa hawla wa laa quwwata illa billah”.
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata tentang maksud kalimat tersebut yaitu, “Tidak ada daya untuk menghindarkan diri dari maksiat selain dengan perlindugan dari Allah. Tidak ada kekuatan untuk melaksanakan ketaatan selain dengan pertolongan Allah.” (Syarh Shahih Muslim, 17:27)
Tentang takdir, pada kalimat terakhir, Imam Al-Muzani rahimahullah mengatakan,
“Allah menciptakan makhluk dengan kehendak-Nya, bukan karena Allah butuh pada makhluk.”
Ini yang seperti Allah maksudkan dalam ayat: “Katakanlah : ‘Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dialah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa’.” (QS. Ar-Ra’du: 16)