Allah menciptakan makhluk bukanlah butuh pada mereka. Allah Ta’ala berfirman :
“Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” (QS. Fathir: 15)
“Dan Rabbmu Maha Kaya lagi mempunyai rahmat. Jika Dia menghendaki niscaya Dia memusnahkan kamu dan menggantimu dengan siapa yang dikehendakiNya setelah kamu (musnah), sebagaimana Dia telah menjadikan kamu dari keturunan orang-orang lain.” (QS. Al-An’am: 133)
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (QS. Adz-Dzariyat: 56-58)
Begitu juga dalam hadis menunjukkan bahwa Allah itu tidak butuh pada keimanan makhluk, dan juga kekuasaannya tidak berkurang karena maksiat yang diperbuat manusia.
Dari Abu Dzarr radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Allah Ta’ala berfirman:
“Wahai hambaKu, sesungguhnya kalian tidak akan dapat membinasakan-Ku dan kalian tak akan dapat memberikan manfaat kepadaKu. Wahai hambaKu, kalau orang-orang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, sekalian manusia dan jin, mereka itu bertaqwa seperti orang yang paling bertakwa di antara kalian, tidak akan menambah kekuasaanKu sedikit pun. Jika orang-orang yang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, sekalian manusia dan jin, mereka itu berhati jahat seperti orang yang paling jahat di antara kalian, tidak akan mengurangi kekuasaanKu sedikit pun juga. Wahai hamba-Ku, jika orang- orang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, sekalian manusia dan jin yang tinggal di bumi ini meminta kepadaKu, lalu Aku memenuhi seluruh permintaan mereka, tidaklah hal itu mengurangi apa yang ada padaKu, kecuali sebagaimana sebatang jarum yang dimasukkan ke laut.” (HR. Muslim, 6737)
Pahami Dua Macam Iradah, Jadilah Benar dalam Memahami Takdir
Iradah (kehendak) ada dua macam, yaitu iradah kauniyyah dan iradah syar’iyyah.
Iradah kauniyyah sama dengan masyiah (kehendak). Iradah syar’iyyah sama dengan mahabbah (kecintaan Allah).
Iradah kauniyyah itu pasti terjadi namun belum tentu Allah cintai. Adapun iradah syar’iyyah itu belum tentu terjadi, namun jika terjadi pasti Allah cintai.
Dapat kita katakan bahwa iradah syar’iyyah itu diharap oleh Allah, Allah rida dan mencintai ketika terjadi.
Dalil adanya iradah kauniyyah adalah firman Allah:
“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit.” (QS. Ar-An’am: 125)