Konsul Penerangan dan Sosial Budaya Konsulat Jenderal RI untuk Turki di Istanbul, Marisa Wiedha Christiyani menjadi nara sumber Kuliah Tamu Komunikasi yang dihelat Prodi Ilmu Komunikasi UMMAD(UMJT), Rabu, 12 Juni 2024.
Kuliah Tamu Komunikasi yang digelar secara online ini mengusung tema Peran Perwakilan RI di Istanbul dalam Peningkatan Hubungan Bilateral RI-Turki di Era Digital.
Kuliah tamu ini selain diikuti mahasiswa semester 6-sebagai pengganti mata kuliah Komunikasi Internasional- juga diikuti mahasiswa Prodi lainnya di UMMAD seperti dari Kebidanan UMMAD, dll.
Sekretaris Rektor UMMAD, Prof. Dr. Anam Sutopo, M.Hum mengatakan, kuliah tamu dengan menghadirkan salah satu Konsul di KJRI di Istanbul Turki ini sangat baik guna meningkatkan kapasitas mahasiswa Ilmu Komunikasi sebagai ilmuwan komunikasi.
“Dengan menghadirkan nara sumber dari KJRI di Turki dapat makin menghidupkan iklim akademik yang ada di UMMAD. Terutama untuk mengetahui peran-peran yang dilakukan perwakilan Indonesia di KJRI Turki di Istanbul,” ujar Anam Sutopo.
Komunikasi internasional
Marisa Wiedha mengambil isi buku Global Communication:Theories, Stakeholders, and Trends karya McPhail untuk menerangkan mengenai fungsi komunikasi internasional dalam diplomasi publik.
Ia menerangkan fungsi komunikasi internasional adalah melakukan diplomasi publik yang disebut sebagai “usaha untuk memberikan informasi, mempengaruhi dan melibatkan publik global untuk mendukung kepentingan nasional”.
Dalam kontek hubungan Internasional, diplomasi publik merupakan bentuk dari soft power diplomasi. Ada dua jenis kekuatan diplomasi yaitu hard power dan soft power diplomasi bednaya
“Hard power itu sifatnya stick and carrot, reward and punishment, dilakukan beberap negara adidaya ke negara lain. Hard power itu kalau ngga dikasih, kena sanksi. Soft power itu kemampuan memberi pilihan bagi pihak lain dengan kemampuan mengikat pihal lain rela memilih yang dikehendaki tanpa kita harus minta,” ujar Marisa.
Soft asset
Marisa Wiedha menerangkan mengenai peran-peran yang dijalankan KJRI di Istanbul Turki. Salah satunya adalah melakukan diplomasi publik menggunakan soft asset yang merupakan bagian dari soft power.
Contohnya Kebudayaan, dalam bentuk film, musik tari-tarian, olahraga, kuliner dan sejarah budaya nilai-nilai demokrasi dan institusi pendidikan, dll.
“Soft asset yang digunakan KRJI di Istanbul adalah kesenian, bahasa, media komunikasi, kolaborasi, berita dan content planning,” terang Marisa yang lahir di Madiun tersebut.
Pertama, kesenian. Marisa menyebut seni budaya tradisional sebagai bagian dari diplomasi kebudayaan dalam bentuk pertunjukan musik/tari dan pameran budaya.
“Di era digital seperti sekarang, tidak menutup kemungkinan yang banyak menggunakan virtuality reality asset kita akan membuat (tampilan) seni budaya secara viritual tidak harus offline,” ujar Marisa yang merupakan pejabat fungsional Kementerian Luar Negeri RI itu.
Berikutnya adalah bahasa. Jadi, KJRI di Istanbul memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai soft asset dengan membuka kelas daring online bahasa Indonesia untuk warga Turki.
“Kenapa online karena lebih praktis dan tidak terbatas ruang dan waktu,” kata Marisa.
Selain bahasa, soft asset lain yang digunakan adalah media komunimasi seperti televisi, sosial media dan web. Diakui Marisa pihaknya lebih banyak menggunakan sosial media seperti Facebook, instagram.
“Media komunikasi ini digunakan untuk menyampaikan kebijakan Indonesia terhadap isu-isu strategis yang tengah berkembang misalnya terkait masalah Palestina,”ujar Marisa.
Berikutnya adalah kolaborasi atau engagement dimana KJRI Istanbul berkolaborasi dengan influencer setempat untuk menyasar publik lokal untuk menyebar luaskan kebijakan pemerintah Indonesia terkait isu-isu strategis.
Berita juga digunakan sabgai soft asset untuk menyebarkan berita-berita positif tentang Indonesia guna membentuk opini publik atau narasi publik yang positif.
“KJRI di Istanbul bekerjasama dengan TVRI yang memiliki program TVRI World dan juga SEA World, kita gaungkan keluar. Tujuan utama membentuk citra positif Indonesia di Turki,” kata Marisa.
Berikutnya melakukan content planning atau pemuatan konten yang diminati follower KJRI di Istanbul. Misalnya mengenai pemberian beasiswa untuk warga Turki.
“Konten ini sangat tinggi kunjungannya. Juga kunjungan pejabat tinggi indonesia atau Turki juga sangat menarik.,” ungkap Marisa.
Konten lain yang banyak disukai adalah terkait pendampingan bagi warga Indonesia di Turki. Misalnya mengenai perlindungan WNI seperti pelayanan dokumen paspor, layanan kehilangan surat penting.
Kaprodi Ilmu Komunikasi FISIP UMMAD, Latutik Mukhlisin, S.Sos. M.I.Kom menerangkan, kuliah tamu komunikasi ini memberi banyak manfaat bagi mahasiswa untuk mendapatkan pembelajaran aplikatif dari teori yang sudah didapatkan.
“Kuliah bersama praktisi ini memberikan pemahaman nyata bagaimana nanti mahasiswa bekerja di masyarakat,” ujar Latutik.
Latutik menambahkan, dengan menghadirkan praktisi luar negeri dari KJRI di Istanbul Turki menjadi nilai tambah guna mengembangkan wawasan tentang peran ilmu komunikasi di level internasional. (hms/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News