UM Surabaya

Traveling Ideologi

Ketika ideologi dakwah Salafi masuk bersinggungan dengan warga Muhammadiyah, maka secara perlahan namun pasti, akan berdampak pada pergeseran paradigma dan sikap sosial keagamaan mereka.

Fenomena tersebut dapat dibaca dengan teori “traveling ideologi“ Edward Said dalam karya ontologinya The World, The Text, and The Critic (1984), yang dikutip oleh Prof Masdar Hilmi (Jurnal Islamica, 2011).

Dia mengatakan, “seperti individu atau lembaga ide (ideologi) juga mengalami perpindahan, dari orang perorang, dari situasi kesituasi, dari periode ke periode”.

Said berargumen bahwa kehidupan budaya dan intelektual tergantung dari sirkulasi ide. Fokus utama teori traveling adalah bagaimana cara gagasan ideologi mengalami transformasi seiring dengan proses translokasi gagasan tersebut.

Gagasan harus bernegosiasi dengan “batas” sebelum ide diterima atau ditolak sepenuhnya oleh komunitas. Pergerakan gagasan ke sebuah lingkungan baru selalu ada filter. Ia melibatkan proses representasi dan institusionalisasi yang berbeda dengan tempat asalnya.

Dari teori di atas dapat dipahami bahwa proses terbentuknya Muhammadiyah rasa Salafi berawal dari proses perjalanan “traveling ideologi” dakwah Salafi yang bertransformasi ke dalam warga Muhammadiyah melalui proses filterisasi yang perlahan tapi intens.

Transformasi “traveling ideologi” dakwah salafi berhasil masuk dan sedikitnya mengubah pola sikap keagamaan jamaah Muhammadiyah.

Di mana potret tradisi sosial keagamaan yang dilakukan oleh jamaah Muhammadiyah Salafi sebelumnya tidak menjadi tradisi sosial keagamaan atau konsen dakwah Muhammadiyah selama ini.

Seperti kita ketahui, secara umum paradigma ideologi dan tradisi sosial keagamaan Muhammadiyah adalah berpaham moderasi Islam, yakni terbuka, toleran, namun tegas. Paham yang memadukan dan menyeimbangkan antara iman, ibadah, akhlak, dan amal.

Wujudnya gerakan dakwah amar makruf nahi mungkar dan dakwah sosial dalam bentuk amal usaha dan berkultur keindonesiaan. Artinya, manhaj dakwah Muhammadiyah adalah mewujudkan keseimbangan hidup antara kehidupan akhirat dan kehidupan duniawi dalam rangka mardhatillah. Jadi tidak hanya fokus pada satu kehidupan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini