UM Surabaya

Beda Salafi dengan Muhammadiyah

Karakter ideologi keagamaan kelompok Salafi dan Muhammadiyah memiliki karakter yang berbeda.

Berdasarkan beberapa sumber kajian dalam khazanah pemikiran Islam, setidaknya ada tiga karakter manhaj dakwah salafi yang terpotret di lapangan selama ini:

Pertama, secara organisasi dakwah, mereka cenderung berkelompok sesuai dengan pemahaman ajaran dari para tokoh-tokoh dan ulama Salafi yang mereka ikuti. Sehingga mereka cenderung kurang bersepaham dengan model organisasi terstruktur seperti yang dipraktikkan oleh NU dan Muhammadiyah atau yang lainnya.

Kedua, karakter deologi keagamaan Salafi cenderung fokus atau konsen pada penguatan tauhid, akidah, dan ibadah ritual. Sehingga mereka lebih cenderung menekankan praktik-praktik amalan sunnah dan gerakan anti-bidah (pemurnian akidah).

Ketiga, dalam konteks relasi sosial keagamaan di masyarakat, mereka cenderung berusaha mempraktikkan tradisi kehidupan para salafus salih secara formal dalam kehidupan keseharian yang diyakini sebagi bagian dari menjalankan sunnah Salafus salih adalah sebuah periode dari zaman Nabi Muhammad SAW, Sahabat, Tabi’in, dan Tabi’in Tabi’at.

Karaker Muhammadiyah-Salafi

Manhaj dakwah Salafi di atas, sedang bertransformasi ke warga Muhammadiyah, sehingga berdampak terjadi pola baru bermuhammadiyah.

Dari amatan penulis setidaknya terpotret ada beberapa pola sikap sosial keagamaan yang ditampilkan oleh Muhammadiyah rasa Salafi alias Musa di lapangan.

Pertama, Musa cenderung ingin menampilkan perilaku sosial keagamaan kehidupan keseharian seperti yang dipraktikkan oleh generasi salafus salih. Mereka berpaham bahwa semua perilaku keseharian para salafus salih dianggap bagian dari sunnah Nabi Muhammad saw.

Seperti memilihara jenggot, berjubah, bagi wanita mengguna cadar, mempakai celana isbal (celana di atas mata kaki), makan dengan tiga jari, mentradisikan makan kurma, olah raga renang, berkuda dan panahan. Juga mengharamkan musik dan hiburan.

Pengharaman tersebut dianggap bid’ah dan sia-sia karena tidak pernah dilakukan oleh para salafus salih.

Pola sikap sosial keagamaan tersebut, sebelumnya tidak tampak dalam perilaku sosial keagamaan Muhammadiyah. Bahkan ada beberapa hal yang tidak sepaham dengan Himpunan Tarjih Muhammadiyah (HPT).

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini