Oleh karena itu, melalui tauhid ini umat Islam memiliki tanggung jawab untuk membentuk suatu masyarakat yang mengejar nilai-nilai utama dan mengusahakan tegaknya keadilan sosial di seluruh lapisan masyarakat atau yang disebut dengan tauhid sosial.
Pemahaman konsep tauhid sosial melahirkan beberapa prinsip dasar yang bisa dijadikan pedoman umat Islam baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial, yaitu religiositas, sebagai hamba Allah, umat Islam harus memiliki dasar keimanan
yang kuat. Dasar yang pertama dan paling utama yaitu bertauhid kepada Allah.
Manifestasi dari keimanan ini yaitu melaksanakan seluruh ajaran Islam baik yang bersifat ibadah mahḍah (ibadah khusus seperti salat, puasa, zakat, haji) dan ibadah gairu mahḍah (ibadah umum seperti bermuamalah).
Dengan ketaatan seperti itu, seluruh ucapan, tindakan, perbuatan dan kegiatannya harus mencerminkan pribadinya sebagai seorang muslim yang baik berlandaskan pada
tauhid.
Kepercayaan, seseorang yang di dalam hatinya telah tertanam kuat ketauhidan, pastilah memiliki kepercayaan yang tinggi kepada Allah. Percaya bahwa semua perbuatannya disaksikan oleh Allah dan juga percaya bahwa segala sesuatu yang menimpanya telah ditakdirkan oleh Allah. Tidak semua yang tampak buruk di mata manusia juga buruk di mata Allah ataupun sebaliknya, sebagaimana firman-Nya:
وَعَسَىٰ أَن تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَن تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Artinya “Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan
boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah
mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah ayat 216)
Keseimbangan, Seorang muslim harus mampu menakar secara seimbang
aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Beribadah secukupnya dan bermuamalah
secukupnya, tidak timpang karena terlalu berlebih-lebihan dalam mengerjakan
suatu hal. Allah sendiri tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan sebagaimana firman-Nya:
إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan” (QS. Al-A’Raaf ayat 31)
Persaudaraan, menjalin persaudaraan antar umat manusia dapat menciptakan
perdamaian dalam hidup. Sejatinya manusia adalah makhluk yang sama dan
tinggal di tempat yang sama pula sehingga perbedaan-perbedaan itu tidak
seharusnya menjadi alasan untuk melakukan perpecahan dan permusuhan.
Toleransi, Toleransi berarti bersikap lapang dada dalam menghormati serta
memberikan kesempatan kepada pemeluk agama lain untuk melaksanakan
kepercayaannya.
Sebagai umat Islam, kita diperintahkan Allah untuk menghormati orang lain, tidak boleh merasa sombong atau angkuh dan menyakiti orang lain. Maka perbedaan keyakinan itu harus diakomodasi dengan baik dengan saling menghargai satu sama lain.
Allah SWT berfirman:
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
]“Bagimu lah agamamu dan bagiku lah agamaku”. (QS. Al-Kafirun ayat 6)