Jamaah Rahimakumullah
Bagaimana tauhid berperan penting dalam kehidupan sehari-hari?
Pertama, adalah dalam kehidupan sehari-hari di keluarga. Bagaimana anak-anak
kita dibekali dengan tauhid yang kuat.
Anak-anak kita harus betul-betul mengenal tentang agamanya, tuhannya, ibadahnya. Keluarga menjadi hal penting dalam menanamkan nilai-nilai ketauhidan dalam keluarga dan anak-anak kita. Yaitu banyak teladan yang bisa kita jadikan tuntunan dalam membangun “generasi tauhid”, mengikuti jejak Rasulullah Muhammad saw dalam mempersiapkan generasi yang akan datang.
Seperti yang dikisahkan dalam Al-Qur’an bahwa para abi pun ternyata mempersiapkan peralihan generasi ini sebaik baiknya. Dalam surat Luqman ayat 13 memberikan pelajaran bagi kita untuk membangun “generasi tauhid”, Allah SWT berfirman yang berbunyi:
وَإِذْ قَالَ لُقْمَٰنُ لِٱبْنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَٰبُنَىَّ لَا تُشْرِكْ بِٱللَّهِ ۖ إِنَّ ٱلشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar“. (QS. Surat Luqman Ayat 13)
Kedua, tauhid harus diterapkan dalam masyarakat. Dengan cara bagaimana masyarakat harus betul-betul menjadikan tauhid sebagai landasan. Masyarakat hidupnya bertauhid maka masyarakat akan menjadi makmur dan diridai oleh Allah SWT.
Tauhid sosial merupakan kita sebagai manusia menempatkan diri kepada Allah sebagai Rabb atau mengakui ke Esa-an Allah. Allah yang telah menciptakan alam semesta, yang telah menciptakan kita sebagai makhluk sosial. Sehingga, manusia harus tunduk pada penciptanya.
Konsep ini merupakan konsep paling pokok dalam akidah, sehingga jika seseorang belum mengimani hal ini bisa dikatakan ia tidak dapat dianggap sebagai seorang muslim yang baik. Dalam kehidupan masyarakat banyak sekali permasalahan-permasalahan yang timbul akibat tidak adanya ilmu yang mempelajari tentang ketauhidan.
Konsep pengesaan ini tidak hanya di sini saja, jika kita menarik lebih dalam ia memiliki hal lain yang harus kita aplikasikan dalam kehidupan sosial, yaitu bisa dikatakan bahwa pengesaan Tuhan berarti hanya fokus kepada satu Tuhan, maka kehidupan sehari-hari kita juga harus fokus terhadap kewajiban yang kita jalani dan tidak boleh menduakan kewajiban dengan kepentingan lain apalagi kepentingan pribadi kita.
Dalam firman Allah dalam Al-Qur’an Surah Al-Anbiya ayat 25:
وَمَآ أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِىٓ إِلَيْهِ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعْبُدُونِ
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan
Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak)
melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku“.
Serta Al- Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 2-4.
ذَٰلِكَ ٱلْكِتَٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ (2)
ٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِٱلْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقْنَٰهُمْ يُنفِقُونَ (3)
وَٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَآ أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ وَبِٱلْءَاخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ (4)
“Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka, dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.”