*) Oleh: Dr. Nurbani Yusuf
Bagi saya dan keluarga tanggal 8 Dzulhijjah adalah hari bersyukur. Ya, bersyukur menjadi bagian dari sebuah pergerakan modern kosmopolit.
***
Saya tidak melihat apa pun dari pergerakan ini kecuali pikiran maju, suka memberi, kompetitif, banyak amal dan puritan.
Memang agak susah memadukan antara pikiran maju dan puritan dalam satu kemasan otentik.
Ada sebagian yang kebablasan puritan dan ada yang kebablasan modern. Bahkan tak jarang keduanya saling menafikan dan berebut dominan.
Berbagi coklat di Milad Muhammadiyah salah satunya. Ini hanya contoh, tapi saya yakin banyak yang tak paham: kemudian membenam dalam bahasan teologis.
Di Milad Muhammadiyah ini saya mendoakan dan memohonkan ampun Kyai Dahlan keluarga dan para santrinya. Para pimpinan dan ulama mengkhatamkan Al-Qur’an berselawat dan bersedekah.
***
Berbagi coklat di Milad Muhammadiyah sudah berlangsung hampir lima tahun di komunitas Padhang Makhsyar.
Hanya 10 batang coklat ukuran sedang yang dihias dengan ucapan Milad Muhammadiyah agar terlihat lebih eksklusif.
Yang saya beri pun juga orang orang eksklusif: mulai Ibu Wali Kota, Ketua DPRD, Ketua Golkar, Ketua Pemuda Pancasila, budayawan, hingga petani, bakul jamu gendhong, kuli bangunan.
Bagi saya mereka ini sangat istimewa: Bermuhammadiyah dalam diam.
Mereka ini tak pernah diakui kemuhammadiyahannya, bahkan diragukan. Sebab banyak yang berpikir bahwa membesarkan Muhammadiyah hanya melalui struktur organisasi dan menafikkan peran mereka yang sangat mungkin sesungguhnya sangat signifikan meski tak dapat dicandra dengan kasat mata.
***
Milad Muhammadiyah adalah hari cinta kasih. Sebab itu coklat adalah simbolnya, meski ada saran dari istri, kenapa bukan Al-Qur’an yang dibagikan?
Saya bilang kita sudah membagi 75 mushaf pada hari Nuzulul Quran di bulan Ramadan kemarin. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News
