Cinta Dunia yang Membuat Buta Hati
UM Surabaya

Allah Subhanahu wa ta’ala menjelaskan kepada manusia bahwa kehidupan dan kesenangan dunia hanyalah seperti mainan dan sesuatu yang lucu, sebagai bahan tertawaan dan perhiasan untuk melengkapi dandanan mereka.

Sementara para penghuni dunia berbangga-bangga dengan harta dan keturunan yang dianugerahkan kepadanya.

Padahal dunia sifatnya sementara dan hanya berlangsung beberapa saat, lalu hilang lenyap dan berakhirlah wujudnya.

Allah Subhanahu wa ta’ala mengibaratkan keadaan tersebut seperti bumi yang terkena hujan lebat, lalu menumbuhkan tanaman-tanaman yang mengagumkan para petani dan membuat mereka riang dan gembira.

Kemudian, berubah menjadi kering dan layu, hancur berguguran diterbangkan angin.

“Ketahuilah bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan, kelengahan, perhiasan, dan saling bermegah-megahan di antara kamu serta berlomba-lomba dalam banyaknya harta dan anak keturunan. (Perumpamaannya adalah) seperti hujan yang tanamannya mengagumkan para petani, lalu mengering dan kamu lihat menguning, kemudian hancur.” (QS. Al Hadid : 20)

Ada kata-kata yang sering diucapkan, “Berpikirlah dengan akal sehat”.

Jadi, akal bisa didefinisikan sebagai salah satu peralatan ruhaniah manusia yang berfungsi untuk mengingat, menyimpulkan, menganalisis, dan menilai apakah sesuai benar atau salah.

Sesungguhnya akal merupakan salah satu perangkat anugerah yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala kepada manusia.

“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta adalah hati yang ada di dalam dada.” (QS. Al Haj: 46)

Di dalam Alquran banyak menganjurkan kepada manusia untuk meneliti alam semesta. Mengkaji realitas-realitas yang ada di dalamnya agar manusia menemukan dan menyikap tabir-tabir rahasia kehidupan.

Yang dapat mengangkat derajat dan mutu kemanusiaan sebagai makhluk yang Tuhan berakal diberikan wewenang penuh untuk mengatur dunia ini.

Katakanlah, “Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman.” (QS. Yunus : 101). (*)

*) Ferry Is Mirza DM, Aktivis Muhammadiyah dan Sekretaris Dewan Kehormatan PWI Jatim

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini