Kurban Aktualisasi Ketakwaan: Pentingnya Pembinaan Dalam Keluarga
UM Surabaya

*) Oleh: Dr. Dian Berkah, SHI, MHI
Dosen UM Surabaya dan Sekretaris MTT PWM Jawa Timur

اِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا, مَنْ يَهْدِ الله ُفَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ بُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ الله ُوَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ.

ألله اكبر, ألله أكبر, لا إله إلا الله, وألله اكبر, ألله أكبر ولله الحمد.

Jamaah ‘Id al-Adha yang dirahmati Allah SWT,

Indah lantunan syukur yang selalu terucap di bibir dan perbuatan terpuji yang selalu terukir dalam meluapkan rasa terima kasih kita kepada Allah yang tetap mengiringi hamba-Nya disetiap saat hingga akhir puncak hidup untuk kembali kepada-Nya.

Begitu juga, shalawat yang selalu terucap atas Muhammad saw, Rasulullah yang telah membangkitkan daya pikir manusia, untuk selalu bertaqwa kepada pencipta-Nya dan kehidupan yang tetap istiqamah di jalan yang lurus atau shirat al-Mustaqim.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar   

Di pagi yang cerah dengan hembusan angin yang menciptakan suasana sejuk dan pancaran cahaya yang menyinari kehidupan, akan selalu mengingatkan kita akan kebesaran Allah. Perkenankanlah, kami akan menyampaikan khutbah yang singkat ini dengan tema “‘Kurban Aktualisasi Ketakwaan: Pentingnya Pembinaan Dalam Keluarga”.

Jamaah ‘Id al-Adha yang dirahmati Allah SWT,

Kurban yang dikenal dengan ibadah yang disertai dengan penyembelihan hewan. Harusnya sudah menjadi syiar bagi ummat manusia. Syiar yang berwujud kebaikan di dalamnya. Kebaikan untuk saling peduli dan bebagi yang menjadi kebutuhan manusia. Manusia memiliki kebutuhan yang tidak hanya bagi dirinya, tetapi juga untuk orang lain. Karena itu, aktifitas Qurban harus mengaktualisasikan ketakwaan untuk selalui berbagi dan peduli dalam segala hal.

Tentu, itu semua sebagai wujud dari kebersyukuran. Dalam hal ini, Allah SWT menjadikan unta yang menjadi salah satu hewan qurban sebagai syiar kebaikan bagi manusia, sebagaimana yang termaktub dalam surat al Hajj ayat 36,

وَٱلْبُدْنَ جَعَلْنَٰهَا لَكُم مِّن شَعَٰٓئِرِ ٱللَّهِ لَكُمْ فِيهَا خَيْرٌ ۖ فَٱذْكُرُوا۟ ٱسْمَ ٱللَّهِ عَلَيْهَا صَوَآفَّ ۖ فَإِذَا وَجَبَتْ جُنُوبُهَا فَكُلُوا۟ مِنْهَا وَأَطْعِمُوا۟ ٱلْقَانِعَ وَٱلْمُعْتَرَّ ۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرْنَٰهَا لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi’ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan untua-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur

Jamaah ‘Id al-Adha yang dirahmati Allah SWT,

Namun akhir-akhir ini, kehidupan manusia disibukan dengan berbagai pemberitaan problematika (masalah) kehidupan manusia. Pemberitaan perilaku manusia dari berbagai media-baik media masa maupun media cetak. Gambaran perilaku manusia, mulai dari kehidupan pribadi, seperti melukai diri sendiri, berujung kepada kehidupan keluarga seperti adanya pertengkaran antar anggota keluarga. Perilaku manusia yang berujung terjadinya perilaku diluar batas manusia.

Puncaknya, kehidupan masyarakat yang selalu berseteru (baca: bertengkar)-tanpa alasan. Tanpa terkecuali, rusaknya lingkungan dan alam sebagai fasilitas hidup manusia. Minimnya hasil panen yang dihasilkan. Berdampak semakin sedikitnya persediaan pangan. Harga semakin naik dan daya beli semakin menurun. Sebagai tanda manusia akan terus menghadapi persoalan ekonomi ke depannya.

Realita ini, seakan-akan semakin membenarkan pandangan dalam diri manusia tentang “hilangnya akal sehat”. Artinya sehatnya akal manusia tidak diimbangi dengan sikap atau perilaku yang sehat pula- baik cara berfikir, bicara, maupun berbuat- sehingga selalu menghasilkan sesuatu yang bertolak belakang dan bertentangan dengan nilai-nilai agama (baca: Islam) dan norma masyarakat. Dan seolah-olah semakin membuktikan sebuah peristiwa dimana malaikat melontarkan pertanyaan ketika Allah menjadikan manusia sebagai khalifah, sebagaimana termaktub dalam surat al-Baqarah (2) ayat 30,

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُواْ أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاء وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُونَ

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

2 KOMENTAR

  1. Terima kasih ustadz mencerahkan.
    Mohon maaf ikut mendownload untuk kami teruskan kepada jamaah di lingkungan kami, PRM dan PCM Taman Kab Pemalang

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini