Jamaah ‘Id al-Adha yang dirahmati Allah SWT,
Pada titik inilah yang seharusnya sudah menjadi kesadaran untuk mengakui akan kegagalan pembinaan di dalam keluarga dengan terlahir generasi-generasi yang tidak siap berjuang dewasa ini, bahkan lebih terjerumus kedalam lubang-lubang kenistaan yang menjadikan narkoba, pergaulan hingga seks bebas sebagai kebutuhan. Padahal Allah sudah menggariskan kepada hambanya agar mereka (baca: para orang-tua) takut ketika meninggalkan keturunan yang lemah. Sebagaimana yang termaktub dalam surat al-Nisa (4) ayat 9,
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُواْ مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافاً خَافُواْ عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللّهَ وَلْيَقُولُواْ قَوْلاً سَدِيداً
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar “
Bahkan Allah pun telah menggariskan dengan sejelas-jelasnya bahwa sebagai orang-tua kita harus berhati-hati dengan seorang anak, bahwa anak bisa menjadi sahabat yang paling baik ataupun sebaliknya- anak bisa menjadi musuh yang sangat jahat. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah dalam surat al-Taghabun (64) ayat 14,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوّاً لَّكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ وَإِن تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Hai orang-orang mu’min, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Begitu juga, pada surat yang lain, Allah telah memberikan lampu kuning bahwa seorang anak bisa melalaikan kita dari mengingat-Nya, sebagaimana yang termaktub dalam surat al-Munafiqun ayat 9,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَن ذِكْرِ اللَّهِ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi”
Bahkan dalam hadist pun, Rasulullah saw menggambarkan bahwa seorang anak merupakan amalan yang tidak akan terputus walaupun yang bersangkutan telah mengakhiri kehidupannya. Sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim sebagai berikut,
عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله ص.م. إذا مات الإنسان إنقطع عمله إلا من ثلاث: صدقة جارية, أو علم ينتفع به, أو ولد صالح يدعو له.
“Dari Abi Hurairah r.a bahwa Rasulullah saw, jika manusia telah mati maka telah putus amalannya kecuali dalam tiga perkara, yaitu shadaqah jariyah atau ilmu yang bermanfaat, atau anak shaleh yang mendoakannya”[4]
Terima kasih ustadz mencerahkan.
Mohon maaf ikut mendownload untuk kami teruskan kepada jamaah di lingkungan kami, PRM dan PCM Taman Kab Pemalang
Silakan… matur nuwun