Patutlah senantiasa kita sadari bahwa ibadah kurban dapat disarikan sebagai persembahan kepada Allah secara tulus ikhlas, sehingga diperlukan pengorbanan dalam bentuknya yang bermacam-macam dan dalam ibadah ‘ied al-Adha diujudkan dengan menyembelih hewan kurban.
Ini adalah ‘ibroh untuk kita bahwa sumber segala nista manusia di muka bumi ini bermula dari hasrat primitif manusia bentuknya adalah kemaksiyatan, keserakahan, merasa paling benar, merasa paling berhak atas sesuatu –yang bahkan sesungguhnya kita sendiri tidak pernah tahu apa hakikat dari sesuatu yang kita miliki itu.
Segala macam bentuk kemaksiatan ini kita ibaratkan hewan dan menyembelihnya ibarat membunuh angkara murka. Seorang sufi yang sangat masyhur Jalaluddin Rumi menyebutkan beberapa perilaku maksiyat sebagai “ibu dari semua berhala”.
Jika dirinci antara lain: keangkuhan, keserakahan, kesewenangan, korupsi, kebohongan, kekerasan, kebencian, kemunafikan, dan segala wujud tiran sesungguhnya pantulan dari jiwa angkara manusia yang telah kehilangan penghayatan atas nilai-nilai Ilahiah.
Perlambang menyembelih hewan kurban oleh karena itu dapat kita jadikan fondasi sekaligus spirit agar kita harus terus menerus menyembelih nafsu hewan yang bersemayam dalam diri kita dalam bentuk harta kekayaan, berbentuk jabatan, berbentuk kemegahan fisik dan segala macam bentuk yang dapat menjadi tipu daya terhadap perjalanan hidup kita. Ingatlah ,bahwa qarin, jin jahat yang menemani kita, senantiasa mengintai, menunggu kelengahan dan kelemahan kita.
Allahu Akbar – Allahu Akbar – Walillahi al-Hamd
Jamaah ‘Ied Rahimakumullah
Terkait berbagai hal diatas, dalam surat Asy-Sams Allah SWT telah berfirman:
قَدْ اَفْلَحَ مَنْ زَكّٰٮهَا وَقَدْ خَا بَ مَنْ دَسّٰٮهَا فَاَ لْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوٰٮهَا وَنَفْسٍ وَّمَا سَوّٰٮه
“Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya, maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya, sungguh orang yang menyucikan (jiwa) nya dan sungguh rugi orang yang mengotorinya. (QS. Asy-Syams (91): Ayat 7 – 10)
Menurut firman Allah tersebut, maka mengurangi atau menjauhi berbagai kejahatan di dunia kata kuncinya adalah mengendalikan egoisme dan nafsu. Maka para “Ulama menyebutkan bahwa obat dari segala bentuk kemaksiatan itu adalah tindakan terus menerus melakukan tazkiyatun an-nafs (pensucian diri).
Kita harus berkaca pada jernih dan beningnya air zam-zam dan putihnya kain ikhram serta tegak dan wibawanya ka’bah sebagai gambaran Muslim yang ikhlas, lapang dada dan kokohnya iman.