Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Busyro Muqoddas mengatakan bahwa Islam sebagai agama paripurna telah memandu seluruh ummat manusia untuk pandai merenungi sejumlah besar kenikmatan yang telah dianugerahkan kepada bangsa ini.
Busyro mengajak seluruh umat muslim di momen Iduladha ini untuk tadabbur dengan keheningan hati nurani dan akal budi yang sewaras-warasnya atas sejumlah ayat dan sunah Nabi Muhammad SAW dengan kesiapan jiwa dan mentalitas.
“Kita konkritkan inti sari ayat dan sunah Nabi dengan meningkatkan kualitas ibadah hablun minallah dengan penyempurnaan salat wajib, dan salat-salat sunat, terutama salat tahajud,”jelas Busyro saat menyampaikan khutbah Iduladha 1445 H di Komplek BSD Tangerang, Senin (17/6/2024).
Busyro juga mengingatkan untuk semakin berhati-hati dengan semakin selektif cara memperoleh dan membelanjakan harta dan rezki sesuai dengan ketentuan syariah (hukum islam) sebagai sumber ketenangan jiwa bersama dalam keluarga bermasyarakat dan berbangsa.
“Jiwa berkorban adalah kekuatan sosial yang mampu mencegah kita dari sifat kebinatangan seperti tercantum dalam Al Quran surah Al A’raaf ayat 179,” tutur Busyro.
Al A’raaf ayat 179, artinya, “ Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”.
Semakin mendesak untuk kita syukuri waktu, pikiran, keahlian, ilmu, jabatan dan rezeki dengan kita zakati dan sedekahkan kepada semua orang atau pihak yang berhak dengan hitungan yang benar, tulus, ikhlas dan cara yang santun.
“Mari kita melangkah konkrit memandu anak-anak (biologis) dan generasi muda (sosiologis) secepatnya untuk memiliki kemampuan ilmu dan jiwa ke-Islaman serta kebangsaan sebagai bekal menebarkan dan menggalang kesadaran kepemimpinan yang berjiwa dan berbasis pada kualitas iman, akhlak,Ilmu, kematangan kepemimpinan dan keunggulan profesi. Bukan berbasis pada cara pandang dan sikap ego sentrisme yang meluluhkan jiwa dan prinsip kesetaraan kemanusiaan universal,”pungkas Busyro. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News