Rasa Tertitipi
UM Surabaya

*) Oleh: Sigit Subiantoro,
Anggota Majelis Tabligh PDM Kabupaten Kediri

Beberapa waktu lalu ada salah seorang kawan bercerita tentang kondisi dirinya yang harus melepaskan beberapa aset yang ia miliki karena satu-dua masalah yang menerpa.

Ia menceritakan betapa berat rasanya, maju-mundur, tidak mudah untuk melepas apa-apa yang sudah didapat dengan perjuangan bertahun-tahun.

Obrolan itu pun berkembang panjang lebar sampai akhirnya mengerucut pada kesimpulan terpenting.

Apakah kiranya yang membuat berat?

Satu jawabannya; perasaan memiliki.

Ya, hati yang melekat, merasa apa-apa yang sudah kita punya adalah ‘milik’ kita.

Tidakkah sadar bahwa kita hanya tertitipi?

Bertahun-tahun kita dititipi kemampuan dan kepiawaian untuk bisa meraih itu semua. Maka semua yang berhasil kita dapatkan pun hanyalah titipan.

Tidakkah cukup untuk bisa membuat kita bersyukur? Karena telah diberikan kesempatan untuk berbuat dan kesempatan dititipi.

Jika kita benar-benar bisa menghayati rasa tertitipi ini, maka semua akan menjadi ringan, terserah pada ‘Yang Memiliki’, apa pun dan bagaimanapun kehendak-Nya.

Ada kalanya mungkin tabungan yang sudah kita kumpulkan bertahun-tahun harus keluar atau terpaksa keluar, semua yang mendekat menjadi menjauh, semua yang ada menjadi tiada, dengan cara-cara-Nya.

Bagaimanakah kiranya seorang yang tertitipi menyikapi ini? Tentu menyerahkan dengan bahagia bukan? Seraya berterima kasih atas kesempatan yang telah diberikan.

Bukan menahan-nahannya dengan perasaan tak menerima di saat memang harus benar-benar menyerahkan.

Semoga setiap kesempatan yang Allah berikan, termasuk giliran episode hidup saat harus melepaskan apa-apa yang dititipi oleh-Nya, menjadi amal shalih, menjadi jalan untuk semakin dekat dengan-Nya dan dicintai-Nya.

Semoga bermanfaat. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini