Cita cita dan Silaturahim

*)Oleh: Achmad Faiz Mukhlas,
KMM Pimpinan Daerah Muhammadiyah Jombang

ما أضيق العيش لو لا فسحة الأمل. (Alangkah sempitnya hidup ini kalau tidak karena luasnya cita-cita). -at-Tughra’i-

K.H. Ahmad Sahal pernah menyampaikan:

قل! همّة عالية من الإيمان (Katakanlah: Cita-cita yang tinggi itu sebagian dari iman).

Para pejuang Muslim dari zaman ke zaman telah membuktikan. Di saat mereka meletakkan cita-cita yang tinggi, maka akan terbukalah jalan. Jalan bagi dirinya dan pejuang-pejuang yang ikut serta menapaki perjalanannya.

Figur pendiri seperti KH Ahmad Dahlan dengan organisasi Muhammadiyah-nya. KH Hasyim Asy’ari dengan pondok serta Nahdlatul Ulama-nya. Juga tak kalah pejuang Muslim di tanah air kita yang lainnya. Mereka pembuka jalan (pembabat alas) atau dalam bahasa arab dapat disebut (المُبْتَدِى) atau biasa disebut perintis. Merekalah perintis bagi langkah-langkah yang mereka tempuh.

Langkah para perintis ini disambung oleh para pejuang selanjutnya yang bisa kita sebut (المُقْتَضِى). Penerus yang menuntaskan misi dan cita-cita para perintis. Penyambung tali misi-misi yang ditempuh bersama.

Silaturahim (صِلَةُ الرَّحِمِ) yang sejati adalah yang mereka para muqtadhi lakukan. Penyambung tali-tali auliya’ullah (para wali Allah) dalam memperjuangkan kalimatullah. Meninggikan ajaran Allah dengan wajah/wadah yang mereka buat di dalam organisasi/kelompok mereka.

Bukan malah sebaliknya, meninggikan bendera kelompok mereka dan melupakan diri untuk berjuang menegakkan ajaran Allah. Konsepnya sudah melenceng dari para perintis-perintisnya. Sehingga mereka menjadi pemutus silaturahim. Sebagaimana firman Allah:

وَالَّذِيْنَ يَنْقُضُوْنَ عَهْدَ اللّٰهِ مِنْ ۢ بَعْدِ مِيْثَاقِهٖ وَيَقْطَعُوْنَ مَآ اَمَرَ اللّٰهُ بِهٖٓ اَنْ يُّوْصَلَ وَيُفْسِدُوْنَ فِى الْاَرْضِۙ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوْۤءُ الدَّارِ

Artinya: Orang-orang yang melanggar perjanjian (dengan) Allah setelah diteguhkan, memutuskan apa yang diperintahkan Allah untuk disambungkan, dan berbuat kerusakan di bumi; mereka itulah orang-orang yang mendapat laknat dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk. (ar-Ra’d: 25)

Na’udzubillahi min dzalik

Maka bagaimana kita dapat meneruskan cita-cita? Mulai dari cita sang mujahidin Indonesia yang membukakan jalan untuk kita. Sehingga cita-cita yang dipesankan Rasulullah untuk umatnya di akhir zaman untuk bersatu dapat terwujud?

Dari Abu Musa, Rasulullah bersabda:

الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا.

“Perumpaman orang mukmin dengan mukmin yang lainnya adalah seperti satu bagunan yang saling menguatkan satu sama lain.”

Maka, janganlah mencaci perbedaan. Sambunglah (صِلَةُ الرَّحِمِ) persaudaraan kita untuk menyatukan visi dan misi. Li-i’laa’i kalimatillah.

Membesarkan Islam, melalui pondasi-pondasi yang kita pijak. Bukan meninggikan salah satu pondasi sehingga merusak atap yang menaunginya. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini