Hadapi Tantangan Global, Muhammadiyah Dituntut Cerdas secara Spiritual dan Intelektual
Busyro Muqoddas dalam Launching Al-Maun Goes to Villagero. foto: aan hariyanto

Peran dan tantangan Muhammadiyah menghadapi kemajuan zaman tidaklah ringan. Muhammadiyah dituntut cerdas secara spiritual dan intelektual dengan pendekatan ledership yang baik.

Dalam melakukan gerakan amaliah, Muhammadiyah dituntut lebih keras lagi untuk berpikir, menguatkan imajinasi, dan mampu membaca situasi secara konkret.

“Tentunya hal itu dijiwai dengan Iman, ilmu, amal yang merupakan karakter Muhammadiyah,” ujar Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Busyro Muqoddas dalam Launching Al-Maun Goes to Villager: Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat Korban Konflik Agraria dan SDA di RSI Siti Fatimah, Banyuwangi, Sabtu (22/6/2024).

Kata dia, sampa sekarang banyak kalangan mengapresiasi kiprah Muhammadiyah sebagai organisasi sosial keagamaan. Hal ini dikarenakan sepanjang sejarah organisasi ini konsisten berbuat baik dan menjaga sikap independen.

Dia mengatakan, Muhammadiyah berada pada jalan seperti sekarang ini karena bertumpu pada Khittah atau peta jalan, dan Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah, serta putusan-putusan resmi organisasi lainnya.

“Konsistensi tersebut memiliki konsekuensi pada kerapian struktur organisasi dari pusat sampai ranting. Bahkan Muhammadiyah sudah melebarkan sayapnya di dunia internasional. Sekarang sudah ada 30 PCIM (Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) di luar negeri,” papar mantan ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu.

Busyro juga mengungkapkan, kunci kebesaran Muhammadiyah juda adanya orang-orang yang ikhlas berjuang di persyarikatan. Yang memiliki hubungan yang baik dengan manusia dan Allah sebagai Pencipta.

Dalam kesempatan itu, Busyro juga menyinggung beberapa kebijakan yang perlu dicermati dengan serius, di antaranya Kebijakan Tentang Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), Omnibus Law, dan UU Kesehatan.

“Muhammadiyah itu melaksanakan wa mâ arsalnâka illâ mubasysyiraw wa nadzîrâ (Tidaklah Kami mengutus engkau (Nabi Muhammad), kecuali sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan,” katanya mengutip firman Allah dalam Surat Al-Furqan 56:

Busyro juga menjelaskan posisi Muhammadiyah dalam hubungannya dengan pemerintah. Dia bilang, Muhammadiyah dengan pemerintah tetap bersahabat.

“Tapi sahabat yang baik, bukan muqallid,” cetus dia. Muqqallid adalah orang awam yang bertaklid atau mengikuti pendapat mujtahidin tanpa mengetahui sumber dan dalilnya.

Busyro juga menyinggung betapa pentingnya pendidikan ulama. Menurut dia, generasi muda Islam harus memiliki fondasi pendidikan yang kuat.

“Kita memiliki Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM). Hasilnya sangat bagus,” katanya. (wh)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini