UM Surabaya

***

la menolak putri Sulthan dan putri menteri bersamaan dengan kedudukan dan kecantikan yang mereka miliki. Demikian juga dengan sang pemudi, ia menolak pemuda yang memiliki kedudukan, ketampanan, dan harta.

Semua ini dilakukan demi apa? Keduanya mengidamkan sosok yang dapat menggandeng tangannya menuju jannah dan melahirkan seorang ksatria yang akan mengembalikan Baitul Maqdis ke dalam pangkuan kaum muslimin.

Najmuddin A: Bangkitlah Najmuddin seraya memanggil syaikh tersebut, “Wahai Syaikh aku ingin menikahi pemudi ini.”

Syeikh: “Tapi ia seorang wanita fakir dari kampung,” jawab Asysyaikh.

Najmuddin A: “Wanita ini yang saya idamkan,” tegas Najmuddin.

Maka menikahlah Najmuddin Ayyub dengan sang pemudi.

Dan dengan perbuatan, barangsiapa yang mengikhlaskan niat, pasti Allah akan berikan rezeki atas niatnya tersebut.

Maka Allah mengaruniakan seorang putra kepada Najmuddin yang akan menjadi sosok ksatria yang bakal mengembalikan Baitul Maqdis ke dalam pangkuan kaum muslimin.

Ketahuilah, ksatria itu adalah Shalahuddin Al-Ayyubi.

Inilah harta pusaka kita dan inilah yang harus dipelajari ole anak-anak kita. (*)

Talkhis: Kitabush Shiyam min Syarhil Mumti’ karya Asysyaikh Ibnu ‘Utsaimin és.
Diambil dari Majmu’ah Thalibatul ‘ilmi.

(Penulis sarikan dari Karya Dr. Abdullah Nasih ‘Ulwan, Salahuddin Al-Ayyubi, Sultan Penaluk Yerusalim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini