Glorifikasi dan Perbudakan Teologis: Beda Tipis Kerahiban dan Kehabiban
Nurbani Yusuf

*) Oleh: Dr. Nurbani Yusuf

Ke-Rahib-an mengaku dzuriyah anak Allah, kehabiban mengaku keturunan Nabi Allah. Keduanya mengandung potensi sama: ‘perbudakan teologis’. Atau menurut Cak Nur (Nurcholish Masjid): religio feodalistik.

***

Pada setiap agama atau kumpulan para iman, glorifikasi menjadi bagian yang tidak bisa dipisah, meski dengan kadar yang teramat sedikit

Sekelompok orang mengaku paling suci kemudian mengaku sebagai wakil tuhan dan melakukan banyak penyimpangan atas nama tuhan.

Di berbagai tempat di belahan dunia, glorifikasi dilakukan karena banyak indikasi, salah satunya mengaku sebagai keturunan matahari atau RA.

Semua Kaisar di Jepang mengaku sebagai keturunan Dewa Matahari. Orang Yunani kuno juga sama, Dewa Janus, Dewa Venus adalah nama-nama dewa abadi yang diglorifikasi sebagai alat justifikasi nasab.

Tidak hanya itu, hari Menggo adalah salah satu nama dewa pagan yang di abadikan hingga saat ini.

Ken Dedes moyang Raja Singasari dan Daha dan sekitarnya juga sama — pada vaginanya memancar cahaya matahari berkilau, yang kemudian diyakini bakal melahirkan trah raja di nusantara.

Sokarno pun demikian, presiden pertama ini adalah Putra Sang Fadjar. Dia memproklamasikan negara di tengah genting yang sangat, keberanian yang hanya dimiliki layaknya matahari, kuat menggelora dan panas penuh ghirah.

***

Glorifikasi adalah niscaya: pada kelompok tertentu komunitas tertentu atau agama tertentu, dengannya banyak didapat penghormatan, pemuliaan, dan uang,

Awam dan jelata adalah objek paling mudah di doktrin untuk tujuan glorifikasi. Eksploitasi dan kapitalisasi agama cukup signifikan mereduksi iman, bahkan Tuhan pun disandingkan atau disamakan dengan ciptaan-Nya, yang dalam bahasa Islam disebut syirik.

Saat tertentu Tuhan dikalahkan, sebut saja dongeng-dongeng churafat dan tahayul menjadi penguat.

Hipotesis Kyai Dahlan menghapus tahayul dan churafat adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan.

Melalui pendidikan yang berkualitas, maka dongeng-dongeng churafat, mitos dan tahayul bisa dikikis, setidaknya dikurangi.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini