Jumlah penularan HIV pada kalangan remaja meningkat. Tren ini terjadi di beberapa kabupaten kota di Indonesia.
Di Tulungagung, misalnya, dilaporkan temuan kasus baru sebanyak 424 orang remaja dengan rentang usia mereka antara 15 hingga 25 tahun, begitu juga di Bandung dan kota-kota lainnya.
Tren kenaikan jumlah kasus HIV pada remaja menjadi problem serius. Pasalnya, kelompok usia remaja memiliki masa depan yang panjang, dan akan mengisi dan menentukan masa depan orang-orang sebelumnya.
Karena itu, masa remaja merupakan masa yang menentukan untuk masa depan mereka, keluarga dan masa depan bangsa.
Firman, Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah (FIK UM) Surabaya, menjelaskan, HIV merupakan salah satu jenis virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia.
“Virus HIV menyerang dan melemahkan fungsi imunitas tubuh, sehingga orang yang terinfeksi virus tersebut tidak memiliki pertahanan yang cukup melawan serangan penyakit,” katanya, Jumat (28/6/24).
Karena itulah pada akhirnya akan muncul gejala AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome), atau kumpulan gejala penyakit yang banyak menimbulkan kematian.
Ia menjelaskan, HIV ditularkan melalui kontak cairan tubuh, seperti cairan vagina maupun sperma saat melakukan hubungan suami istri, melalui darah, menggunakan jarum suntik bergantian, juga bisa ditularkan dari ibu positif HIV ke anak saat hamil hingga menyusui.
Mengingat maraknya kasus HIV pada kelompok remaja, sehingga perlu mendapat perhatian serius baik dari pemerintah lingkungan maupun orang tua. Penularan HIV bisa dikontrol dan dikendalikan.
“Oleh karena itu peran orang tua menjadi sangat penting karena paling dekat dengan anak-anak untuk menjaga mereka agar terhindar dari penularan HIV,” tegasnya.
Menurut Firman, ada beberapa hal yang harus dilakukan para orangtua. Pertama, berikan pendidikan secara dini tentang kesehatan reproduksi bagi remaja.
Hal ini sangat penting agar anak tahu mana yang tepat dilakukan untuk menjaga kesehatan, dan mana yang harus dihindari bisa menimbulkan masalah kesehatan, penyakit pada sistem reproduksi.
Sebuah penelitian menjelaskan bahwa tingkat pengetahuan remaja mengenai cara penularan dan pencegahan HIV masih rendah mencapai 65 persen.
Hal ini disebabkan karena kurang terpaparnya informasi mengenai pendidikan kesehatan terutama mengenai risiko penularan HIV.
Kedua, orangtua harus cerdas memantau pergaulan anak . Terkadang anak di rumah seperti baik-baik saja, namun seringkali orangtua tidak mengetahui dengan siapa anak bergaul dan apa aktivitas mereka.
“Pemantauan ini sangat penting dilakukan orang tua, agar upaya pencegahan ke arah perilaku berisiko dapat dicegah dengan baik,” imbuh Firman.
Ketiga, jadilah orangtua sekaligus sahabat buat anak. Anak remaja sama seperti orang dewasa, mereka juga kadang punya masalah dengan kehidupannya.
Karena itu mereka butuh sosok yang bisa dipercaya untuk mendengar, memberi perhatian dan memberi nasehat buat mereka.
Bagian ini seringkali orang tua lupa, menganggap mereka anak kecil yang seolah tidak punya masalah dalam kehidupan mereka, akibatnya tanpa orang tua tahu, mereka mencari penganti peran orangtua yang selalu bisa mendengar, memberi perhatian buat mereka.
Di sinilah kekhawatiran akan muncul ketika mereka bergaul dengan orang dan lingkungan yang salah.
Seiring perkembangan zaman dan tuntutan ekonomi makin berat. Membuat tiga hal tersebut menjadi sesuatu yang agak sulit dilakukan, sekaligus menjadi tantangan buat orang tua.
Mana kala tidak menyadari dan menganggap itu tidak terlalu penting, maka jangan sampai menyesal di kemudian hari, karena anak-anak mereka salah memilih pergaulan.
“Untuk itu di tengah padatnya aktivitas kerja dan sesibuk apa pun orang tua, harus tetap bisa selalu dekat dengan anak-anak, selalu hadir memberi perhatian, kasih sayang dan teladan buat mereka,” kata Firman. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News