Kolaborasi Muhammadiyah dengan Ormas Lain untuk Kemajuan Bangsa
Haedar Nashir dalam Resepsi Milad ke-115 Muhammadiyah yang digelar PDM Kabupaten Cirebon.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengapresiasi kolaborasi yang dibangun antara PImpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Cirebon dengan ormas lain dalam memajukan daerah. Dia berharap hal itu dapat dikembangkan, sehingga manfaatnya bisa dirasakan oleh bangsa secara lebih luas.

“Saya yakin perjalanan Muhammadiyah, bahkan seluruh kekuatan keagamaan di republik tercinta ini bukan akan tetapi telah, sedang, dan terus akan dilakukan memperjuangkan bangsa ini,” ungkap Haedar saat menghadiri Resepsi Milad ke-115 Muhammadiyah di Kompleks Perguruan Muhammadiyah Kabupaten Cirebon, Sabtu (29/6/2024).

Gerakan organisasi keagamaan Islam di Indonesia, imbuhnya, telah ada sejak awal abad 20 atau sebelum kemerdekaan dan itu jumlahnya tidak sedikit. Tidak hanya ada, tapi organisasi keagamaan Islam ini juga kerap menjadi pelopor gerakan lain, seperti ‘Aisyiyah yang ikut mempelopori Kongres Perempuan I pada tahun 1928.

“Gerakan-gerakan organisasi keagamaan dan kemasyarakatan ini telah berjasa besar untuk kemerdekaan Indonesia. Bahkan jauh sebelum itu, kita akan mengenal berbagai macam dinamika perjuangan bangsa Indonesia dan mayoritas muslim di berbagai daerah dalam melawan pemerintah kolonial,” katanya.

Jejak sejarah tersebut tidak hanya ditulis, namun juga langsung dirasakan manfaatnya oleh Bangsa Indonesia. Dalam melawan kolonialisme, Muhammadiyah tidak hanya melalui gerakan pemikiran yang aksentuasinya melalui pendidikan, kesehatan, sosial, dan ekonomi, tapi juga dilakukan secara fisik.

“Muhammadiyah mendirikan Askar Perang Sabil di DIY dan Jawa Tengah, yang bekerja sama dengan Perang Gerilya yang dipimpin oleh Jenderal Sudirman, dan Askar Perang Sabil dipimpin oleh Ketua PP Muhammadiyah Ki Bagus Hadikusumo,” ungkap Haedar.

Dalam gerakan non fisik, tokoh-tokoh Muhammadiyah mewakafkan dirinya untuk merebut kemerdekaan Indonesia seperti Ki Bagus Hadikusumo, Kasman Singodimedjo, Kahar Muzzakir, dan yang lain ikut merumuskan dasar-dasar berdirinya Republik Indonesia.

Pengorbanan luar biasa untuk hadiah terbesar bagi Bangsa Indonesia dari umat Islam menurut Haedar Nashir sebagaimana yang diucapkan Alamsyah Ratu Prawiranegara adalah pencoretan tujuh kata dalam Piagam Jakarta menjadi Sila  Pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa.

Sampai saat ini tokoh-tokoh Muhammadiyah yang tercatat sebagai Pahlawan Nasional ada sebanyak 23 orang, dengan berbagai cara dan bidang pengorbanan dan gagasan untuk merebut, mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Hal ini adalah sebagian dari bukti perjuangan Muhammadiyah.

“Bahkan setelah Indonesia merdeka, di saat pemerintah tidak bisa hadir, di tempat-tempat yang terjauh, di tempat-tempat yang tak terjangkau  Muhammadiyah mendirikan lembaga pendidikan, kesehatan, dengan kemampuan sendiri. Bahkan sampai saat ini,” katanya.

Tidak hanya diperuntukkan bagi warga Muhammadiyah atau umat muslim saja, setiap Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) yang didirikan tersebut juga untuk seluruh bangsa Indonesia tanpa terkecuali. Gerakan tersebut sebagai komitmen Muhammadiyah menjaga integrasi bangsa Indonesia.

“Semua kita lakukan dengan ikhlas, tanpa hitung-hitungan mau dibalas apa oleh masyarakat, bangsa, dan negara. Kalau kita berbuat baik, perbuatan baik itu akan kembali ke kita dan orang akan merasakannya,” katanya. (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini