Yakni tidakkah mereka menggunakan akal pikirannya untuk merenungkan permulaan kejadian mereka, kemudian perjalanan hidup mereka yang berakhir di usia tua, lalu usia pikun, agar mereka mengetahui bahwa diri mereka itu diciptakan bukan untuk menetap di negeri yang fana ini, melainkan untuk negeri akhirat yang abadi. Dia harus pindah dari negeri fana ke negeri kekekalan yang tidak berpindah lagi sesudahnya.
Firman Allah (Subhanahu wa Ta’ala).:
{وَمَا عَلَّمْنَاهُ الشِّعْرَ وَمَا يَنْبَغِي لَهُ}
“Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah layak baginya.” (Yasin: 69)
Allah (Subhanahu wa Ta’ala) menceritakan perihal Nabi-Nya Muhammad (shallallahu ‘alaihi wasallam)., bahwa Dia tidak mengajarkan syair kepadanya.
{وَمَا يَنْبَغِي لَهُ}
“dan bersyair itu tidak layak baginya.” (Yasin: 69)
Nabi Muhammad (shallallahu ‘alaihi wasallam) diciptakan tidak untuk bersyair. Karena itu, dia tidak dapat bersyair dan tidak menyukainya, serta secara fitrah bukanlah sebagai penyair. Berkaitan dengan hal ini telah disebutkan bahwa beliau (shallallahu ‘alaihi wasallam) tidak pernah hafal suatu bait pun dengan wazan yang teratur, melainkan beliau mengucapkannya secara acak dan tidak lengkap.
Abu Zar’ah Ar-Razi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Mujalid, dari ayahnya, dari Asy-Sya’bi yang mengatakan bahwa tidak sekali-kali Abdul Muttalib melahirkan keturunan, baik laki-laki maupun perempuan, melainkan pandai bersyair, terkecuali Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam) Demikianlah menurut apa yang disebutkan oleh Ibnu Asakir dalam autobiografi Atabah ibnu Abu La’b yang matinya dimakan oleh singa di Az-Zarqa.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Salamah, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Ali ibnu Zaid, dari Al-Hasan Al-Basri yang mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam) pernah mengutip bait syair berikut:
كَفَى بالإسْلام والشيْب للمرْء نَاهيًا
“Cukuplah Islam dan uban menjadi peringatan bagi seseorang.”
Maka Abu Bakar berkata, “Wahai Rasulullah, bunyi syair itu sebenarnya harus seperti ini:
كَفى الشَّيْبُ وَالْإِسْلَامُ لِلْمَرْءِ نَاهِيًا …
“Cukuplah Uban dan Islam menjadi peringatan bagi seseorang.”
Abu Bakar atau Umar berkata: Aku bersaksi sesungguhnya engkau adalah Rasulullah, Allah berfirman: Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah layak baginya. (Yasin: 69)
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا هُشَيْم، حَدَّثَنَا مُغِيرَةُ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، عَنْ عَائِشَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اسْتَرَاثَ الْخَبَرَ، تَمَثَّلَ فِيهِ بِبَيْتِ طَرَفَة:
ويَأْتِيكَ بالأخْبار مَنْ لَمْ تُزَوِّدِ
“Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim, telah menceritakan kepada kami Mugirah, dari Asy-Sya’bi, dari Aisyah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam) apabila merasa ragu terhadap suatu berita, maka beliau mengutip ucapan syair Tarfah yang mengatakan: dan akan datang kepadamu seseorang membawa berita-berita yang kamu belum membuat persiapan (untuk menghadapinya).”
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Nasai di dalam kitab Al-Yaum wal Lailah melalui jalur Ibrahim ibnu Muhajir, dari Asy-Sya’bi. Imam Tirmidzi dan juga Imam Nasai telah meriwayatkan pula hal yang semisal melalui hadis Al-Miqdam ibnu Syuraih ibnu Hani’, dari ayahnya, dari Aisyah r.a. Kemudian Imam Tirmidzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.