Orang lain sebatas wasilah atau perantara Allah Azza wa Jalla melimpahkan karunia-Nya dan membuka jalan rezeki-Nya. Sehingga, selain bersyukur atau berterima kasih kepada orang lain, ia juga semestinya bersyukur kepada Allah Azza wa Jalla.
Nabi saw bersabda: “Orang yang paling pandai bersyukur kepada Allah Azza wa Jalla adalah orang yang paling pandai bersyukur (berterima kasih) kepada manusia. (HR. ath-Thabrani)
Dalam hadis lain, dari An Nu’man bin Basyir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ
“Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak.” (HR. Ahmad, 4/278. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 667).
Hadis ini benar sekali. Bagaimana mungkin seseorang dapat mensyukuri rizki yang banyak, rizki yang sedikit dan tetap terus Allah beri sulit untuk disyukuri? Bagaimana mau disyukuri? Sadar akan nikmat tersebut saja mungkin tidak terbetik dalam hati.
Syukur akan membawa manusia pada sikap tawadhu’ atau rendah hati, tidak sombong. Syukur juga akan mencegah seseorang untuk berambisi terlalu jauh hingga melanggar hukum atau menghalalkan segala cara, korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Orang yang rakus terhadap sesuatu tanpa pernah merasa puas, itu salah satu tanda tidak pernah bersyukur.
Syukur akan selalu menempatkan seseorang di jalan yang benar, lurus, dan baik. Syukur juga akan membuat seseorang selalu optimistis menjalani kehidupan.
Orang yang bersyukur takkan pernah iri hati dengan apa yang diraih orang lain, karena ia sepenuhnya sadar, dirinya juga mendapatkan bagiannya sendiri dari Allah Azza wa Jalla.
Nabi pernah memberikan ilustrasi perihal orang yang bersyukur. Dua hal apabila dimiliki oleh seseorang maka dia dicatat oleh Allah Azza wa Jalla sebagai orang yang bersyukur dan sabar.
Dalam urusan ibadah dia melihat kepada yang lebih tinggi, lalu menirunya dan berusaha melampauinya. Dalam urusan dunia, dia melihat ke bawah kepada orang yang rezekinya tampak lebih sedikit, lalu bersyukur kepada Allah bahwa dia masih diberi kelebihan dibanding orang itu. (HR. at-Tirmidzi)