*) Oleh: Dr. Ajang Kusmana
Surga dan neraka adalah dua tempat peristirahatan terakhir manusia di akhirat kelak. Siapa saja yang beruntung (husnul khatimah), maka kenikmatan surga yang akan diperolehnya. Siapa saja yang buntung (su’ul khatimah), maka pedihnya neraka yang akan diterimanya.
Dalam kitab al-Mawa’idh al-‘Ushfuriyyah membahas tentang surga dan neraka. Diriwayatkan dari Kalib Bin Hazm bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يا قوم اطلبوا الجنة بجهدكم واهربوا من النار بجهدكم فان الجنة لا ينام طالبها وان النار لا ينام هاربها وان الجنة محفوفة بالمكاره وان النار محفوفة باللذات والشهوات فلا تلهينكم عن الاخرة
“Wahai kaumku, carilah surga dengan kesungguhanmu dan jauhilah neraka dengan kesungguhanmu. Sesungguhnya para pencari surga dan yang menjauh dari neraka tidak akan tidur nyenyak. Surga itu dipenuhi dengan hah-hal yang tidak disenangi sedangkan neraka dipenuhi dengan kenikmatan. Maka jangan kau palingkan dirimu dari akhirat.”
Jalan menuju surga dipenuhi duri dan kerikil tajam. Jalan menuju surga tidak semulus jalan ke neraka. Untuk menggapai surga kita harus bersakit-sakit terlebih dahulu, baru bersenang-senang kemudian. Berbeda dengan jalan ke neraka, ia dihiasi dengan segala kenikmatan dan sesuatu yang disenangi syahwat…
Kita lihat saja kondisi umat manusia saat ini. Termasuk kita sendiri. Kadang untuk melangkahkan kaki ke tempat majelis taklim amat berat. Berbeda ketika hendak pergi berlibur, sejauh apa pun pasti ditempuh.
Coba kita renungkan, salat lima menit dan zikir setelahnya terasa lama sekali. Berbeda dengan nonton konser musik yang walaupun berjam-jam tetap semangat loncat-loncat.
Membaca Al-Qur’an tidak bisa berlama-lama, tapi membaca status di handphone sampai berjam-jam.
Semua itu merupakan ujian untuk kita. Jangan sampai ke majelis taklim yang merupakan taman surga datang paling akhir, tapi ke tempat hiburan paling awal.
Di majelis taklim cari tempat paling belakang, saat hiburan berada di deretan paling depan. Semua itu adalah tipu daya pesona dunia.
Sungguh kita memerlukan kesungguhan untuk menggapai surga dan memerlukan perjuangan maksimal untuk menghindar dari panasnya api neraka…
Hadis selanjutnya diriwayatkan dari Abi Sa’id Al-Khudry. Beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
ينادي مناد اذا دخل اهل الجنة في الجنة ان لكم ان تحيوا ولا تموتوا ابدا وان لكم ان تصحوا ولا تسقموا ابدا وان لكم ان تشبوا ولا تهرموا ابدا وان لكم ان تنعموا فلا تبأسوا ابدا
“Saat Ahli Surga masuk ke dalam surga, tiba-tiba terdengar suara memanggil,
(1) “telah tiba waktu kalian untuk hidup abadi, tak akan mati selama-lamanya.”
(2) sudah sampai waktu kalian untuk hidup sehat, tanpa sakit selama-lamanya.
(3) sudah saatnya kalian kembali muda, tak akan tua selama-lamanya.
(4) sudah saatnya kalian hidup bersenang-senang, menikmati hasil amal, tak akan menderita selama-lamanya.”
Berkenaan dengan hal tersebut, Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَنَزَعْنَا مَا فِيْ صُدُوْرِهِمْ مِّنْ غِلٍّ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهِمُ الْاَنْهٰرُۚ وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ هَدٰىنَا لِهٰذَاۗ وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَآ اَنْ هَدٰىنَا اللّٰهُ ۚ لَقَدْ جَاۤءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّۗ وَنُوْدُوْٓا اَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ اُوْرِثْتُمُوْهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ
“Dan Kami mencabut rasa dendam dari dalam dada mereka, di bawahnya mengalir sungai-sungai. Mereka berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menunjukkan kami ke (surga) ini. Kami tidak akan mendapat petunjuk sekiranya Allah tidak menunjukkan kami. Sesungguhnya Rasul-Rasul Tuhan kami telah datang membawa kebenaran.” Diserukan kepada mereka, “Itulah surga yang telah diwariskan kepadamu, karena apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Al-A’raf: 43)
Syarat untuk mendapatkan warisan surga adalah memiliki amal yang cukup. Amal yang cukup bisa diperoleh atas hidayah dari Allah Azza wa Jalla. Tanpa hidayah-Nya, gelaplah jalan hidup kita.
Para ahli surga bersyukur atas karunia Allah Azza wa Jalla berupa surga. Ucapan syukur mereka terdapat dalam ayat tersebut.
“Segala puji bagi Allah yang telah menunjukkan kami ke (surga) ini. Kami tidak akan mendapat petunjuk sekiranya Allah tidak menunjukkan kami.” (Lihat Tafsir Jalalain, Juz 1/hal.134)
Sahabat Abu Hurairah radhiallahuanhu pernah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda dalam hadis qudsy:
يقول الله اعددت لعبادي الصالحين في الجنة ما لا عين رأت ولا اذن سمعت ولا خطر على قلب بشر
“Aku siapkan kenikmatan surga untuk hamba-hamba-Ku yang saleh, kenikmatan dan keindahan yang tak pernah dilihat oleh mata, tak pernah didengar oleh telinga, dan tak pernah terlintas di dalam hati manusia.”
Dalam artian, seindah-indahnya pemandangan yang kita lihat, itu tidak mampu menggambarkan sedikit pun keindahan surga.
Cerita surga, tentang keindahan dan kenikmatannya, yang kita dengar dari kiai, ustaz, atau kita baca dari buku, itu hanya gambaran belaka.
Aslinya jauh lebih indah dan nikmat dari yang didengar dan dibaca. Yang terbesit dalam hati kita tentang surga melebihi itu semua.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَّآ اُخْفِيَ لَهُمْ مِّنْ قُرَّةِ اَعْيُنٍۚ جَزَاۤءًۢ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
“Maka tidak seorang pun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyenangkan hati sebagai balasan terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS. As-Sajadah: 17). (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News