Mereka memiliki kekayaan melimpah, keturunan dan pengikut yang setia padanya.
Alquran menggambarkan bahwa mereka disibukkan dengan kehidupan duniawi sehingga membuat mereka tidak pernah terbersit memikirkan masa depan mereka di akhirat.
Hal ini dinarasikan dengan baik oleh Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya:
فَلَا تُعْجِبْكَ اَمْوَا لُهُمْ وَلَاۤ اَوْلَا دُهُمْ ۗ اِنَّمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيُعَذِّبَهُمْ بِهَا فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَتَزْهَقَ اَنْفُسُهُمْ وَهُمْ كٰفِرُوْنَ
“Maka janganlah harta dan anak-anak mereka membuatmu kagum. Sesungguhnya maksud Allah dengan itu adalah untuk menyiksa mereka dalam kehidupan dunia dan kelak akan mati dalam keadaan kafir.” (QS. At-Taubah : 55)
Mereka disibukkan dengan kehidupan duniawi tetapi watak dan karakter mereka seperti orang kafir. Orang kafir mengejar duniawi hingga tak merasa nyaman dengan kekayaannya
Kejahatan Duniawi
Al-Qur’an mensinyalir bahwa kehidupan orang-orang yang tidak percaya akhirat, karena fokus duniawi, mendapatkan kekayaan melimpah.
Orientasi sukses hidup di dunia benar-benar mereka terapkan sehingga bekerja all out dan memanfaatkan waktu dengan baik demi mendapatkan keuntungan duniawi dan kesuksesan hidup.
Dengan kekayaan itu mereka mendapatkan keluarga besar, pengikut yang banyak sehingga orang terkenal.
Mereka mendapatkan hidup penuh kenikmatan sehingga bisa merasakan puncak kebahagiaan di dunia. Karena hidupnya fokus duniawi maka dalam kehidupan spritualnya hamba.
Mereka tidak mengenal Sang Pemberi kekayaan, serta tidak melakukan penghambaan kepada Allah yang selayaknya setelah memperoleh kekayaan melimpah.
Maka Allah pun tidak menilai semua perbuatan mereka sebagai kebaikan, dan ketika di akherat dimasukkan sebagai orang yang merugi.