Memajukan Kehidupan
Umat Islam Indonesia masih harus mengejar kemajuan dari sejumlah ketertinggalan. Mayoritas secara jumlah tetapi masih tertinggal secara ekonomi, penguasaan iptek, pemanfaatan sumberdaya alam, dan sumberdaya insani umat. Umat Islam secara politik juga tidak sebanding posisinya dibanding kemayoritasannya.
Karenanya jangan lengah dan sibuk dengan urusan-urusan yang remeh-temeh dan menguras energi umat. Berbagai ritual, upacara, dan kegemaran kegiatan-kegiatan massal yang tidak produktif juga mesti ditata ulang agar tidak menghabiskan waktu dan peluang untuk maju. Jangan pulalah takabur diri dengan merasa umat Islam Indonesia terbaik dan menjadi role-model segala hal keislaman untuk diekspor ke dunia Islam secara berlebihan. Padahal berbagai kekurangan dan kelemahan tidak beranjak diperbaiki secara serius dan tersistem.
Para aktivis dan pimpinan umat mesti membawa umat mayoritas ini berkemajuan di berbagai bidang. Tidak tenggelam dengan isu-isu politik maupun isu-isu artifisial lain yang membuat umat terbawa arus dan suasana kontroversi berkepanjangan dan kemudian menjadi kontraproduktif. Sementara agenda-agenda strategis yang menyangkut hajat hidup nyata umat Islam tidak menjadi perhatian serius disertai usaha-usaha membangun kekuatan ekonomi dan lainnya yang secara signifikan dapat menaikkan keunggulan umat secara kualitatif.
Jika ingin berhijrah di era mutakhir, maka umat Islam mesti meninggalkan pola pikir lama yang membelenggu dan membuat umat tidak bergerak maju. Pola hijrahnya tidak dogmatik dan artifisial atau pinggiran. Ubah secara transformatif pandangan keislaman yang kolot, dogmatik, apologik, dan sempit dalam memahami Islam dan menjalani kehidupan. Termasuk mengubah pandangan yang antidunia dan antikehidupan, yang menyebabkan kemunduran umat Islam di tengah kemajuan umat dan bangsa lain.
Hijrah kontemporer meniscayakan umat Islam prokehidupan sehingga terwujud khaira ummah yakni umat yang unggul berkemajuan di segala bidang kehidupan berfondasikan ajaran Islam. Jika ingin menjadi umat terbaik maka pandangan keislamannya menurut Prof Kuntowijoyo niscaya berparadigma profetik yang mengandung proses humanisasi, liberasi, dan transendensi yang transformasional. Paradigma profetik mesti berangkat dari fondasi Islam, tidak dengan pendekatan liberal-sekular maupun Marxisme-Neo Marxisme yang prinsip-prinsip epistemologisnya jelas berbeda dan untuk banyak hal mendasar tidak sejalan dengan Islam.
Paradigma profetik Islam transformatif akan mengubah dunia kehidupan umat manusia dari sangkar-besi teosentrik (agama abad tengah) dan antroposentrik (barat modern) menjadi teo-antroposentrik. Menjadi umat dan bangsa yang bertuhan sekaligus prokehidupan yang mengemban misi ibadah dan kekhalifahan yang menebar Rahmatan lil-‘Alamin. Paradigma teo-antroposentrik itulah yang menjadi esensi pandangan Islam berkemajuan. Paradigma Islam yang unggul dan prokehidupan menuju puncak peradaban utama yang mencerahkan semesta!
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News