“Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku, akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.” (QS. Al-Mu’min: 60)
Oleh karena itu, kita yang saat ini sedang susah, atau usaha kita yang sedang berat, atau kita kehilangan pekerjaan, hendaknya kita memperbanyak doa, sebagaimana kita memperbanyak usaha untuk keluar dari musibah dan masalah yang sedang kita hadapi.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengajarkan kepada kita sebuah doa, yang hendaknya dibaca oleh orang yang sedang susah atau sedang ditimpa musibah,
“Allahumma rahmataka arjuu, falaa takilnii ila nafsi tharfatha ‘ainin, wa ashlih lii sya’nii kullahu, Laa ilaaha illa anta.”: Ya Allah, aku hanya memohon rahmat-Mu, maka jangan Engkau biarkan aku bertumpu kepada diriku sendiri walaupun sekejap mata, perbaikilah urusanku semuanya, dan tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Engkau. (HR. Abu Dawud 5090)
Namun, doa tidak akan memiliki peran yang besar, kalau hanya dibaca di lisan saja, tanpa merenungi dan memahami maknanya. Bukankah Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyatakan,
“Ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (HR. Tirmidzi 3479)
Begitu juga dengan doa ini. Bagaimana mungkin Allah akan kabulkan kalau kita sendiri tidak memahami makna doa yang kita panjatkan?
“Ya Allah, aku hanya memohon rahmat-Mu”, di sini kita hanya memohon rahmat dan pertolongan dari Allah Ta’ala, kita tidak berharap kepada siapa pun dari makhluk-Nya.
Hati kita tidak berharap kepada iba dan belas kasihan manusia. Tidak berharap kepada uluran tangan orang.
Sesulit apa pun, seberat apa pun, yang diharapkan hanyalah rahmat Allah Ta’ala. Kita tetap berusaha, namun hati kita tidak boleh bergantung kepada usaha yang kita lakukan.
“Maka jangan Engkau biarkan aku bertumpu kepada diriku sendiri walaupun sekejap mata”, karena diri ini harus bertumpu dan bergantung kepada Allah. Karena tawakal adalah kunci dari solusi dan jalan keluar.
Allah Ta’ala berfirman:
“Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath-Thalaq: 3)