https://news.google.com/publications/CAAqBwgKMK3I0Asw7OPnAw?hl=en-ID&gl=ID&ceid=ID%3Aen
UM Surabaya

*) Oleh: Alfain Jalaluddin Ramadlan
Penulis buku Secercah Cahayamu dan Mencari Kemuliaan Bulan Ramadhan.

Putusan Muktamar ke-47 Muhammadiyah (2015) di Makassar memutuskan adanya penanggalan Islam global untuk umat Islam. Penanggalan Islam global ini terdiri dari dua jenis: kalender Islam global tunggal dan kalender Islam global zona.

Kalender Islam global tunggal berprinsip satu hari satu tanggal di seluruh dunia, sedangkan kalender Islam global zona membagi dunia menjadi beberapa zona dengan jadwal tanggal yang berbeda. Zona Barat mencakup benua Amerika, sementara zona Timur mencakup empat benua lainnya.

Pada Konferensi Penyatuan Kalender Islam di Turki tahun 2016, kalender Islam global zona ditolak. Yang diterima secara mayoritas mutlak melalui voting adalah kalender Islam global tunggal, yaitu kalender dengan prinsip satu hari satu tanggal di seluruh dunia.

*Peluang Penerapan Kalender Islam Global Tunggal

Ada beberapa peluang untuk menerapkan kalender Islam global tunggal. Pertama, sudah ada keputusan internasional tentang penyatuan kalender Islam tahun 2016 di Istanbul, Turki.

Keputusan-keputusan internasional mengenai hal ini sudah banyak, namun yang terakhir adalah tahun 2016 di Turki. Kedua, sudah ada bentuk kalender yang konkret dan tinggal menerapkan saja jika memang ingin serius.

Ketiga, sudah ada negara yang melaksanakan, yaitu Turki sendiri karena kalender tersebut diputuskan di negara itu.

*Tantangan dan Pentingnya Kalender Islam Global Tunggal

Tantangan penerapan kalender Islam global tunggal cukup banyak. Salah satu alasan pentingnya kalender ini adalah adanya ibadah dalam Islam yang pelaksanaannya di berbagai tempat namun waktunya terkait dengan peristiwa di tempat lain, seperti ibadah puasa Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah. Ibadah ini dilakukan di berbagai negara, namun waktunya harus sesuai dengan peristiwa wukuf di Arafah, Mekkah.

Jika tidak ada penyatuan, kemungkinan besar akan ada perbedaan tanggal puasa Arafah antara satu negara dengan negara lain. Misalnya, di Indonesia mungkin tanggal 9 Dzulhijjah berbeda dengan di Mekkah, sehingga umat Islam di Indonesia bisa saja berpuasa Arafah pada hari yang salah.

Selain itu, kalender Islam global tunggal juga diperlukan untuk penyatuan semua ibadah. Syariah menyatakan bahwa “Anna hadzihi umatukum ummatum wahidah,” yang berarti umat Islam adalah umat yang satu, sehingga kalendernya juga harus satu. Risalah Islam adalah risalah universal, dan kalender yang menyapa seluruh umat haruslah satu.

*Faktor Globalisasi dan Hadis Nabi

Dengan adanya globalisasi, segala peristiwa di seluruh dunia dapat diketahui secara langsung, sehingga tidak mungkin lagi menggunakan tanggal yang berbeda-beda. Hadis Nabi juga menyatakan bahwa yang berarti Idul Fitri adalah hari ketika semua umat ber-Idul Fitri. Hal ini menunjukkan bahwa Idul Fitri dan Idul Adha harus dirayakan pada hari yang sama di seluruh dunia.

*Contoh Kasus Zulhijjah 1443 H

Pada akhir Zulkaidah 1443 H, tanggal 29 Juni, pukul 09.00 WIB, ketinggian bulan di Yogyakarta adalah sekitar 2 derajat dan di Banda Aceh sekitar 3 derajat dengan elongasi 5 derajat.

Jika menerapkan kaidah baru Kementerian Agama, di Banda Aceh belum memenuhi syarat karena elongasinya baru 5 derajat, padahal ketentuan baru mensyaratkan 6,4 derajat. Oleh karena itu, ada kemungkinan perbedaan dalam penetapan tanggal 1 Dzulhijjah.

Menurut kalender internasional dan kalender Muhammadiyah, 1 Zulhijjah jatuh pada Kamis, 30 Juni. Puasa Arafah pada Jumat, 8 Juli, dan Iduladha pada Sabtu, 9 Juli. Di Arab Saudi, hilal sudah terlihat, namun di Indonesia belum tentu terlihat meskipun sudah di atas ufuk.

Dengan demikian, penyatuan kalender Islam global tunggal sangat diperlukan untuk menyelaraskan tanggal-tanggal penting dalam Islam di seluruh dunia. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini