Allah Ta’ala berfirman
“Sesungguhnya Allah memberi rizki kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” (QS. Ali ‘Imran : 37)
Segala hal terkait dengan rezeki yang sudah didapatkan haruslah kita syukuri. Dengan syukur, kita tidak lagi selalu menghitung-hitung jumlah harta yang kita miliki.
Harta adalah washilah atau lantaran saja untuk kita bisa beribadah dengan tenang kepada Allah.
Karena perlu dicatat dan diingat bahwa tugas utama kita hidup di dunia ini adalah memang untuk beribadah menyembah Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagaimana termaktub dalam Surat Adz-Dzariyat ayat 56:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”
Syukur ini akan membawa kita tenang dalam menghadapi kerasnya kehidupan dunia. Walau sedikit harta yang dimiliki, jika kita bersyukur, kita akan hidup dengan tenang bersama keluarga.
Sebaliknya, biar pun bergelimang harta, tapi rasa syukur tak ada, maka kegersangan hidup dan ketidaknyamanan akan selalu terasa dalam langkah kehidupan kita.
Syukur akan membuahkan hasil yang manis karena dengan bersyukur Allah akan menambahkan nikmat yang telah diberikan kepada kita.
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepada kalian; dan jika kalian mengingkari nikmatKu, maka sesungguhnya azabKu sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7)
Banyak di zaman sekarang ini orang yang hanya memikirkan jumlah gaji pekerjaan yang ia lakukan.
Jika kita renungkan sebenarnya gaji atau pendapatan itu tidak ada apa-apanya dibanding gaji yang telah diberikan Allah kepada kita semua.
Logika matematis dalam menyikapi harta ini lambat laun akan melupakan esensi dari status harta itu sendiri.
Perlu kita sadari bahwa harta hanya titipan dari Allah yang suatu waktu akan hilang dari kita dan diambil oleh yang paling berhak memilikinya.
Kesadaran bahwa harta hanya sebuah titipan ini akan memunculkan sikap senang berbagi, bersedekah dan berzakat.