Nikmatnya Muhammadiyah kampung merupakan kondisi Kehidupan bermuhammadiyah di perkampungan dan di pedesaan yang lebih bahagia karena kesederhanaan, kesantunan dan kebersahajaan bermuhammadiyah tanpa harus terkena penyakit modernisasi dalam menyikapi persoalan.
Bukan berarti tidak ada problem Muhammadiyah kampung di tingkat ranting ini, akan tetapi setiap problem yang ada tidak perlu terlalu berlarut-larut dan berkepanjangan perselisihannya agar tetap kembali guyub rukun, harmonis dan akrab ketika kenali kumpul bersama baik dalam rapat maupun pengajian.
Walaupun Muhammadiyah kampung secara profesi tidak elite, secara kehormatan tidak besar, secara pengaruh tidak banyak, dan secara maqam tidak kuat.
Akan tetapi, nikmatnya Muhammadiyah kampung itu bagaikan kehidupan yang otentik, profetik dan humanistik yang lebih berkemajuan sekalipun di perkampungan, pedesaaan ranting saja.
Negeri negatifnya elite Muhammadiyah di organisasi dan amal usaha daerah serta wilayah tak perlu diserap dan diteruskan sampai kepada Muhammadiyah kampung, karena itu juga bukan gaya hidupnya Muhammadiyah kampung dalam menjalani kehidupan berorganisasi.
Dikatakan nikmatnya Muhammadiyah kampung itu karena tidak perlu ada gengsi, dualisme, status quo, perdebatan panjang, ribut Amah Usaha Muhammadiyah (AUM), ataupun hiruk pikuk internalisasi Muhammadiyah lainnya.
Jangan terlalu menilai rendah kehidupan bermuhammadiyah di perkampungan dan pedesaan yang meskipun amal usaha Muhammadiyah masih sedikit atau belum ada atau bahkan masih terbengkalai.
Karena di balik itu juga lingkungan circle Muhammadiyahnya tidak begitu jelimet, tidak ambisius, tidak sikut-sikutan, tidak saling menjatuhkan dan tentunya tidak perlu masuk ala ranah kepentingan politis lainnya hanya karena bermuhammadiyah.
Namun terkadang nuansa Muhammadiyah kampung dan Muhammadiyah pedesaaan pun bisa rusak dan luntur jika para elite Muhammadiyah masuk mencari suaka, suara dan swadaya demi kepentingan priabdi nua untuk di bawa ke panggung elit mencari arah dukungan serta kepemimpinan yang membuat semakin kuat.
Hal itu nanti bergantung kembali kepada sosok individu warga dan kader Muhammadiyah kampung itu sendiri dalam menyikapinya.
Sejauh ini mereka hanya tersentuh dan terpengaruh sesaat formalitas sebentar saja, tidak berkepanjangan.