Itulah kenapa untuk terus menjaga potret nikmatnya Muhammadiyah kampung tanpa harus memaksakan diri seperti Muhammadiyah kota dan Muhammadiyah metropolitan.
Nikmatnya Muhammadiyah kampung ini menjadi pilihan alternatif bila ingin tetap kembali bermuhammadiyah di tingkat Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) dengan usaha membangun desa dan membangun kampung berkemajuan.
Segala pengalaman dan dinamika yang pernah dirasakan ketika muda, ketika elite, dan ketika berjaya dipuncak dulunya, tak lagi perlu dibawa ke ranah Muhammadiyah kampung dan Muhammadiyah pedesaan.
Sembari menikmati masa pensiun, atau beralih profesi tani, kebun, ternak, dagang maupun lainnya. Yang terpenting bisa berbahagia sambil menikmati kehidupan bermuhammadiyah di kampung atau desa menuju kemajuan.
Kemajuan tidak hanya dimaknai dalam teknologi, infrastruktur, gaya hidup dan lainnya, tetapi juga pada cara berpikir dan cara bersikap dalam kehidupan sosial masyarakat secara nyata.
Apa pun itu selama untuk Muhammadiyah, kampung, desa dan masyarakat lagi umat islam, itu sudah menjadi bagian dalam berdakwah Islam berkemajuan secara enteng-entengan dan kecil-kecilan. Sebab hal besar terjadi tidak luput dimulai dari hak kecil tentunya.
Semoga dengan nikmatnya Muhammadiyah kampung ini pun bisa menjadi angin segar dalam bermuhammadiyah terhadap semangatnya, perjuangannya dan pengorbanannya yang tak lekang oleh waktu.
Bermuhammadiyahlah walaupun terkesan kampungan dan ndeso, karena itu bisa jadi lebih baik daripada bermuhammadiyah elitis penuh kehormatan tapi sangat politis, feodalis, dan egois jauh dari esensi Muhammadiyah sebagai dakwah Islam amar makruf nahi mungkar. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News