*) Oleh: Dr. Ajang Kusmana
”… ما من طريق يسلكه ابن آدم إلا والشيطان قاعد فيه سواء كان الطريق طريق خير أو طريق شر ؛ فإن كان طريق خير قعد فيه ليصده عن المضي فيه ، وإن كان طريق شر قعد فيه ليستحثه على المضي فيه ،
•• قال صلى الله عليه سلم: «إِنَّ الشَّيْطَانَ قَعَدَ لِابْنِ آدَمَ بِأَطْرُقِهِ» فلنكن على حذر ، أعذنا الله منه“.
“Tidak ada satu pun jalan yang akan ditempuh oleh manusia, melainkan ada setan yang menanti di jalan tersebut, dan tidak ada perbedaan, apakah jalan tersebut adalah jalan kebaikan ataupun jalan keburukan.
Apabila jalan tersebut adalah jalan kebaikan, maka setan akan berusaha menghalang-halangi orang yang menempuhnya,
Apabila jalan tersebut adalah jalan keburukan, maka setan akan berusaha memotivasi orang yang menempuhnya,
Nabi shallalahu alaihi wasallam bersabda :
إِنَّ الشَّيْطَانَ قَعَدَ لِابْنِ آدَمَ بِأَطْرُقِهِ
“Sesungguhnya setan mengintai anak Adam (manusia) di berbagai jalannya.”
(HR. An-Nasa’i no 3083, Ahmad no 15392).
Al-Qur’an menyebutkan setidaknya 6 cara yang dilakukan setan untuk menyesatkan manusia. Berikut selengkapnya:
1. At Tazyin
Salah satu cara setan menyesatkan manusia adalah at tazyin. Menurut Dr Yusuf Qardhawi dalam buku Fikih Jihad, metode ini dilakukan setan dengan memperindah amalan buruk dengan tujuan menyamarkan kebenaran di hadapan manusia.
Contohnya, ketika seseorang mendengar azan pada malam musim dingin dan setan pun berkata kepadanya, “Tetap santai di tempat tidur, kamu lelah dan capek.” Di samping itu, usaha mengelabui amal jahat menjadi amal kebajikan oleh setan adalah menumbuhkan khayalan pada orang sombong di kalangan penguasa.
Metode ini disinggung dalam surah Fathir ayat 8 yang berbunyi,
اَفَمَنْ زُيِّنَ لَهٗ سُوْۤءُ عَمَلِهٖ فَرَاٰهُ حَسَنًاۗ فَاِنَّ اللّٰهَ يُضِلُّ مَنْ يَّشَاۤءُ وَيَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُۖ فَلَا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرٰتٍۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ ۢبِمَا يَصْنَعُوْنَ
“Maka, apakah pantas orang yang dijadikan terasa indah perbuatan buruknya (oleh setan), lalu menganggap baik perbuatannya itu (sama dengan yang mendapat petunjuk)? Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki (berdasarkan pilihannya) dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki (berdasarkan kesiapannya untuk menerima petunjuk). Maka, jangan engkau (Nabi Muhammad) biarkan dirimu binasa karena kesedihan terhadap (sikap) mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.”