*) Oleh : As’ad Bukhari, MA,
Analis Intelektual Muhammadiyah Islam Berkemajuan
Melihat potret Muhammadiyah tidak hanya pada pimpinan wilayah dan pimpinan pusat saja, karena itu umumnya sudah sangat maju dan posisi sangat terhormat.
Akan tetapi lihatlah Muhammadiyah pada tingkat pimpinan daerah, pimpinan cabang, dan pimpinan ranting yang bahkan kadang ranting tidak ada atau belum ada atau mati suri atau hidup segan mati tak mau dan juga tak ada regenerasi penerusnya.
Kehidupan berorganisasi dalam tataran level menengah ke bawah apalagi akar rumput, tidak sebanding lurus bahkan masih sangat jauh terbelakang dan tertinggal baik dari segi kader, program, amal usaha, unit bisnis, dan pencapaian lainnya.
Hal itu karena situasi bermuhammadiyah di daerah tertentu memiliki kesulitan untuk dapat eksis, maju dan berkembang yang terkadang sulit berkolaborasi dengan pemerintah daerah kabupaten kota, swasta dan semua komponen yang ada.
Yang aneh dan lucu adalah ketika posisi Muhammadiyah hanya daerah, cabang dan ranting tapi bagi masyarakat umum, masyarakat awam dan pemerintah daerah selalu menganggap sama hebatnya dengan pimpinan wilayah maupun pimpinan pusat, yang padahal tidak sama serta masih sangat jauh sekali.
Hal itu yang membuat bermuhammadiyah di beberapa daerah menjadi stagnan, statis dan formalitas semata.
Kesulitan yang terjadi pun bisa sangat luas dan beragam, karena ketika bermuhammadiyah di tingkat DCR alias daerah, cabang dan ranting itu tingkat kesukaran membangun dan membesarkan Muhammadiyah kecenderungan lambat, lama, lola (loading lama) dan letih.
Muhammadiyah daerah, cabang, ranting tak selamanya memiliki kemampuan kemandirian yang kuat dalam melahirkan banyak amal usaha Muhammadiyah.
Untuk dapat melahirkan amal usaha Muhammadiyah yang sudah populer dan jadi blue print AUM seperti masjid, musala, sekolah, pesantren, panti asuhan saja masih ada yang belum bisa mendirikannya, baik di DCR daerah, cabang, ranting tersebut.
Kekuatan finansial dan kemampuan membangun Muhammadiyah DCR ini memang tak hanya melalui teori dan pelatihan semata oleh pimpinan, majelis dan lembaga.
Melainkan harus ada pedoman, tutorial dan bantuan pendampingan secara nyata kepada Muhammadiyah daerah, cabang dan ranting itu agar lebih cepat mengejar ketertinggalannya dalam amal usaha Muhammadiyah.