Sementara orang-orang fasik dan durhaka, maka perbuatan dosa tidak membuat gundah dalam jiwa mereka, dan mereka juga tidak risih berbuat maksiat di depan orang lain.
Bahkan sebagian mereka merasa bangga dengan perbuatan dosa yang mereka lakukan. Allah Azza wa Jalla memberikannya istidraj. Akan tetapi, sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di sini berbicara tentang seseorang yang lurus hatinya. Sesungguhnya orang yang lurus hatinya, jika dia ingin melakukan keburukan maka jiwanya akan ragu dan dia benci perbuatannya diketahui orang lain. Oleh karena itu maka tolak ukur yang telah dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berlaku untuk orang-orang yang baik dan lurus hatinya. (Syarhul Arba’in An Nawawiyyah)
Sehubungan dengan hal ini, Allah Azza wa Jalla memberi isyarat bahwa ketakwaan itu dilakukan oleh hati manusia.
ذَٰلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ شَعَٰٓئِرَ ٱللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى ٱلْقُلُوبِ
“Demikianlah perintah Allah. Dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS. Al-Hajj: 32)
Allah Azza wa Jalla berfirman,
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al An’am: 44)
Dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا رَأَيْتَ اللهَ تَعَالَى يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيْهِ فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِنهُ اسْتِدْرَاجٌ
“Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba dari perkara dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka ketahuilah bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.” (HR. Ahmad 4: 145)
Ciri-ciri seseorang yang terkena istidraj dan menjadi budak dunia adalah keimanan dan amal ibadahnya semakin menurun, namun kesenangan dan kekayaan makin melimpah, rasa takut kepada Allah Azza wa Jalla semakin berkurang, tidak takut berbuat dosa.
Orang itu terus saja melakukan dosa, tidak mau menerima kebenaran dan nasihat yang datang untuknya, dan Allah Azza wa Jalla pun semakin membuka kesuksesan untuknya, bahkan semakin melimpah.
Siksa dan laknat yang diturunkan Allah Azza wa Jalla untuk orang yang mendapat istidraj bisa dalam berbagai macam bentuk, bisa jadi keberkahan umurnya dicabut sehingga tidak ada ketenangan hidup, selalu dirundung ketakutan, kegelisahan dan kesedihan.