UM Surabaya

3. Lomba Pidato Al-Islam (LP.AIS). Lomba keterampilan dan seni menyampaikan pesan nilai-nilai agama Islam yang berpedoman pada Al-Qur’an secara lisan tanpa membaca teks. Lomba ini memperhatikan beberapa aspek penilaian dalam durasi waktu yang telah ditentukan yang meliputi teknik vokal/intonasi, penguasaan materi, gesture (ekspresi wajah), sikap serta busana. Lomba ini diperuntukkan bagi santri usia 5-12 tahun dan usia 13-20 tahun.

4. Lomba Qiroatil Kutub (LQK). Lomba ketrampilan Membaca kitab keislaman berbahasa arab atau kitab keislaman berbahasa lainnya yang menjadi rujukan tradisi keilmuan Islam yang menggunakan model syarakh (penjelasan) sebagai teknik penulisannya dan berisi gramatika dan sintaksis Bahasa Arab (ilmu nahwu dan sharaf), ditunjang ilmu sastra Arab (balaghah) dan logika (mantiq) untuk memahami bagaimana sebuah kalimat itu memiliki makna, lalu bagaimana teknik mengambil kesimpulan dari suatu masalah. Materi lomba Qiroatil Kutub menggunakan kitab Bidayatul Mujtahid.

5. Lomba Khutbah Jum’ah (LKJ). Lomba ketrampilan menyampaikan pidato singkat dan sistematis yang berisi nasihat atau pesan-pesan agama berdasarkan Al-Qur’an dan sunah pada saat menjelang/sebelum salat Jumat dengan syarat, rukun, dan adab yang telah ditentukan, dan disampaikan secara lisan tanpa membaca teks secara keseluruhan.

“Untuk peserta lomba Qiroatil Kutub dan Khutbah Jum’ah ini adalah para mubaligh muda usia 21-25 tahun dari Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM),” tutur Hasanuddin.

Dia menambahkan, Jumat (12/7/2024), para pengurus majelis tabligh telah beraudiensi dengan PWM Jatim. Hadir dalam kesempatan itu empat wakil ketua PWM, yakni Dr. Syamsuddin, Ir. Tamhid Masyhudi, Dr. Hidayatulloh, dan Dr. Sholihin Fanani.

Para wakil ketua PWM Jatim tersebut memberikan respons sekaligus masukan terkait penyelenggaraan FASHMU Jatim 2024.

“Saya mengapresiasi positif event ini. Hanya pesertanya saya kira perlu diperbanyak, karena ini menyangkut kaderisasi,” ujar Hidayatulloh.

Hal senada disampaikan Tamhid Masyhudi. Menurut dia, melalui FASHMU diharapkan dapat tumbuh budaya positif bagi santri agar lebih mencintai Al-Qur’an dan sunah.

“Saya kira perlu dilembagakan. Dan kalau bisa dijalankan setiap tahun akan bagus,” ujar dia. (wh)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

 

3 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini