Semua agama memiliki beban yang sama, yaitu beban dakwah. Setiap muslim dan muslimat memiliki kewajiban untuk melakukannya, termasuk Amal Usaha Muhammadiyah (AUM).
Hal itu ditegaskan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Dr. HM Sulthon Amien saat memberi materi kegiatan Baitul Arqom Pimpinan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) yang diselenggarakan pada 10-11 Juli 2024.
Sulthon Amien yang menyampaikan materi tentang pengelolaan AUM sebagai bentuk dakwah di tengah gelombang informasi dan ideologi, menyebut peran seoarang akademisi.
“Kita yang sekarang sebagai seorang akademisi, harus menyesuaikan dengan cara mengajar masa kini. Bagaimana kondisi spiritualitas dan moralitas civitas akademika Umsida saat ini?” ucapnya melontarkan pertanyaan kepada pada peserta.
Menurut Sulthon, Muhammadiyah memiliki beban moral sebagai organisasi yang berkemajuan dan moderat. Terlebih lagi spirit dakwah berkemajuan itu digagas oleh tokoh internal Umsida sendiri, yaitu Prof Syafiq Al Mughni.
Spirit tersebut, kata dia, harus terus ditingkatkan oleh seluruh elemen yang ada di Umsida.
“Dosen Umsida tak hanya mengajar para mahasiswanya saja, tapi juga beribadah untuk mensyiarkan ajaran Islam dan kemuhammadiyahan. Oleh karena itu, jika ingin menjadi bagian dari dakwah Muhammadiyah, maka harus mengetahui tantangan masa kini,” ujar pebisnis sukses ini.
Sulthon menilai kondisi sekarang menunjukkan beberapa analogi, seperti muslim tanpa masjid dan menjadikan media sosial sebagai tempat belajar agama.
Ada pula kedangkalan makna beragama yang diperlihatkan melalui kuatnya formalisme atau gampang mengkafirkan. Hal tersebut didukung dengan maraknya tagline “Agama no, spiritualitas yes”.
“Saat ini banyak yang bisa menjadi ustad hingga memudarnya otoritas dakwah. Ditambah keberlimpahan informasi hingga terjadi kesulitan membedakan ajaran yang benar dan menyesatkan,” papar dia.
Dia menambahkan, jika artificial intelligence (AI) dikuasai orang yang tidak memiliki moralitas, mereka bisa menjerumuskan ke hal yang sesat.
Oleh karena itu Muhammadiyah dituntut untuk mengisi khasanah digital mengikuti teknologi.