*) Oleh: Ferry Is Mirza DM
Jangan galau menghabiskan waktu dalam kecemasan. Jangan khawatir pada apa yang mungkin terjadi pada masa depannya.
Karena jika kita menyadari, orang yang beriman pada Allah semestinya tak akan merasa takut, cemas atau khawatir pada apa yang terjadi dalam hidupnya.
Mengapa tak perlu khawatir?
Ingatlah hal ini :
Allah tak pernah membebani manusia di luar kesanggupannya. “Allah tidak membebani seseorang di luar kemampuannya.” (Al-Baqarah:286)
Allah mengetahui takaran masing-masing diri kita, ibarat anak SD tak akan mungkin diberi soal ujian milik anak SMA.
Demikian juga Allah tak akan memberi persoalan di luar kemampuan kita untuk mengatasinya. Jadi kenapa harus takut?
Mengapa khawatir? Tugas manusia hanyalah berserah diri pada Allah dan berbuat kebaikan pada sesama. Orang yang merasa takut dan cemas atas masa depannya, bisa jadi karena ia belum bisa memasrahkan diri dan berserah diri pada takdir Allah.
“Barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al Baqarah:112)
Cobalah pasrahkan hati dan biarkan Allah yang menuntun hidup kita. Iringi dengan melakukan banyak kebaikan, misalnya membaca Al-Qur’an, bersedekah, dan lainnya.
Rasakan perlahan-lahan kecemasan hilang dari dalam hati, dan ketenangan datang mengisi.
Sadari bahwa kekhawatiran hanya merusak kesehatan. Rasa khawatir atau kecemasan yang berlebihan bisa memicu gangguan kesehatan karena terganggunya sistem kekebalan tubuh. Bahagiamu, sehatmu.
Setiap urusan orang mukmin bernilai kebaikan. Mengapa harus khawatir? Jika kita beriman, segala yang menimpa kita akan selalu bernilai kebaikan.
Jika diberi kesenangan kita bersyukur, sedangkan ketika diberi ujian kita bersabar.
Cukup memilih dua sikap ini saja, keduanya pahala untuk bekal ke surga, lalu apa yang perlu dikhawatirkan
“Ketika seorang manusia meninggal, maka putuslah amalannya darinya, kecuali dari tiga hal, (yaitu) sedekah (amal) jariyah, atau ilmu yang dimanfaatkan, dan anak shaleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim, 1631)
Sesungguhnya Allah ‘Azza Wa Jalla akan meninggikan derajat di surga setiap orang tua dengan amalan dan istighfar anak-anaknya yang tak pernah mereka ia duga sebelumnya.
Maka alangkah beruntungnya orangtua yang beriman dan saleh, terlebih apabila ia memiliki anak cucu yang saleh dan salihah. Mereka akan berkumpul bersama di surga yang penuh kenikmatan dan kekal selama lamanya.
“Ya Rabbi berikanlah kepadaku dari sisimu keturunan yang baik sesungguhnya engkau adalah Maha mendengar doa.” (QS. Ali Imran : 38)
“Dan orang orang yang beriman beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga) dan kami tidak mengurangi sedikit pun pahala kebaikan atau kebajikan mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS: Ath-Thūr : 21)
Marilah kita sekarang ini berdoa dan bertobat untuk menjalani hidup ini dengan lebih berarti
Insya Allah dengan doa kita ini Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan kelancaran dalam segala urusan kita.
Keberkahan dalam rezeki kita
Dijaga dari segala marabahaya
Diluaskan rezeki kita
Dijaga akidah kita beserta keluarga dan anak cucu
Dan umur kita semua ditutup dalam keadaan husnul khotimah, aamiin.
Insya Allah bermanfaat. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News