Kandungan Ayat
1. Derajat manusia: “Dan masing-masing orang ada tingkatannya, (sesuai) dengan apa yang mereka kerjakan.”
2. Tuhan tidak lengah: “Dan Tuhanmu tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan.”
Tingkatan Seorang Muslim
Hamka didalam tafsirnya menulis tingkatan manusia secara rohaniat. Pertama, seorang menjadi Muslim (menyerah diri kepada Allah ), naik menjadi Mukmin (beriman teguh), Shalihin (berbuat berbagai kebajikan), naik lagi menjadi Muttaqiin (orang-orang bertakwa), naik lagi menjadi Imam Lilmuttaqin (menjadi Imam, contoh teladan bagi orang muttaqin lainnya), sampai kepada derajat Muqorrabin (yang terdekat kepada Allah).
Ibrah yaitu pelajaran yang bisa diambil:
Pertama, derajat manusia di hadapan Allah adalah sesuai amalan yang dilakukan masing-masing. Ibarat orang bertugas dalam kerja, dia akan mendapatkan gaji atau penghargaan sesuai tugas yang dicapainya.
Sebagaimana pula orang yang mengikuti perlombaan, akan mendapat piala dan medali sesuai hasil yang dimenangkannya: juara satu, juara dua, juara tiga, dan sterusnya.
Begitu pula tingkatan seorang Mukmin bisa naik mencapai tingkatan-tingkatan tertinggi tiada batas bila dibandingkan dengan ukuran kebendaan sebab ini adalah termasuk tataran dalam alam rohaniyat.
Muslim, Mukmin, Shalihin, Muttaqiin, Imam Lilmuttaqin dan Muqorrabin
Kedua, penglihatan Allah tidaklah akan keliru dalam memberikan kadar besar dan kecilnya usaha yang dilakukan hambanya yang harus dibalasnya.
Ujung ayat ini menjadi kunci yang mengandung bimbingan agar dalam beramal kita tidak jatuh kepada riya. Karena manusia tidaklah akan dapat memperlihatkan, memberi pahala kepada seseorang atau amal yang kita kerjakan, hanya Allah pemilik pahala.
Dengan demikian beramal itu tidak mengharap pujian dan takut celaan. Amal hanyalah kita arahkan kedalam rida Allah SWT.