Nabi Pembayar Utang yang Baik: Memberi Tambahan 100 Persen Saat Bayar Utang
Nurbani Yusuf
UM Surabaya

*) Oleh: Dr. Nurbani Yusuf

Nabi saw berhutang 24 saa’ kurma untuk membantu seseorang kemudian mengembalikan 24 saa’ ditambah 24 saa’ sebagai tanda terima kasih dan ganti rugi. Nabi saw adalah benar-benar manusia terpuji.

***

Dari Abdullah ibn Salaam, Zaid ibn Su`nah memberitakan bahwa Nabi saw pernah mengambil pinjaman dari Zaid untuk 24 sho’ untuk membantu orang lain dan berjanji untuk membayarnya pada tanggal yang disepakati.

Dua atau tiga hari sebelum tanggal jatuh tempo, Zaid ibn Su’nah mendekati Nabi yang saat itu didampingi Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan sejumlah sahabat lainnya.

Para sahabat sedang menunaikan salat jenazah. Setelah Nabi melakukan salat, Zaid ibn Su’nah mendatangi Nabi dan mencengkeram baju dan jubahnya, dan menatapnya dengan marah dan berkata: ‘Wahai Muhammad! Kenapa kamu tidak melunasi hutang padaku? Demi Allah, aku tidak tahu apa-apa tentang keluargamu kecuali penangguhan atas hutang. Aku tahu betul bangsamu.”

Umar sangat marah dan berkata: “Hai musuh Allah! Apakah engkau benar-benar hanya mengatakan apa yang kudengar ini kepada Rasulullah? Apakah engkau benar-benar melakukan apa yang kulihat ini? Demi Dia yang memegang hidupku di tangan-Nya, jika aku tidak peduli kalau Nabi meninggalkan kami, aku pasti akan memukul kepalamu dengan pedangku.”

Nabi menatap Zaid ibn Su’nah dengan tenang dan sabar, sambil berkata kepada Umar, “Wahai Umar! Kita tidak membutuhkan ini. Aku lebih membutuhkan bantuanmu untuk melunasi pinjaman kepadanya dengan baik, dan bantuanmu untuk menghadapinya dengan sopan.

Pergilah bersamanya, wahai Umar, lunasi pinjamanku kepadanya, dan beri dia dua puluh tambahan saa` (sekitar 44 kilogram) kurma karena engkau sudah membuatnya takut. ”

Pada kisah yang lain, Rasulullah saw duduk bersama para sahabatnya, seorang pendeta Yahudi bernama Zaid bin Sa’nah masuk menerobos shaf, lalu menarik kerah baju Rasul dengan keras dan berkata kasar, “Bayar utangmu, wahai Muhammad, sesungguhnya turunan Bani Hasyim adalah orang-orang yang selalu mengulur-ulur pembayaran utang.”

Umar bin Khattab ra langsung berdiri dan menghunus pedangnya. “Wahai Rasulullah, izinkan aku menebas batang lehernya.”

Rasulullah saw berkata: “Bukan berperilaku kasar seperti itu aku menyerumu. Aku dan Yahudi ini membutuhkan perilaku lembut. Perintahkan kepadanya agar menagih utang dengan sopan dan anjurkan kepadaku agar membayar utang dengan baik.”

Tiba-tiba pendeta Yahudi berkata, “Demi Allah yang telah mengutusmu dengan hak, aku datang kepadamu bukan untuk menagih utang. Aku datang sengaja untuk menguji akhlakmu.

Tapi, aku telah membaca sifat-sifatmu dalam Kitab Taurat. Semua sifat itu telah terbukti dalam dirimu, kecuali satu yang belum aku coba, yaitu sikap lembut saat marah.

Dan aku baru membuktikannya sekarang,, aku bersaksi tiada Tuhan yang wajib disembah selain Allah dan sesungguhnya engkau wahai Muhammad adalah utusan Allah. Adapun piutang yang ada padamu, aku sedekahkan untuk orang Muslim yang miskin.”

***

Kelembutan merupakan akhlak yang mampu mendekatkan manusia kepada Islam. Allah SWT menjelaskan:

“Maka, disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS Ali Imran 3: 159). (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini