Menolong AUM Duafa
As'ad Bukhari
UM Surabaya

*) Oleh: As’ad Bukhari, S.Sos., MA,
Analis Intelektual Muhammadiyah Islam Berkemajuan

Tidak semua yang bekerja di AUM itu memiliki kesadaran tinggi untuk membesarkan Muhammadiyah termasuk membesarkan AUM itu sendiri, meskipun berada di dalamnya. Baik itu yang merupakan kader Muhammadiyah apalagi non kader Muhammadiyah.

Sebab, mengurusi AUM dengan kategori tertinggal tidaklah mudah. Bahkan AUM yang mandiri saja jika tidak ada kesejahteraan yang didapatkan, juga terkadang mengalami kendala kemajuan dikarenakan adanya kader Muhammadiyah yang stagnan dan pekerja non Muhammadiyah di AUM yang acuh tak acuh.

Sedangkan kontestasi dalam persaingan membesarkan suatu usaha dengan organisasi lainnya atau yayasan lainnya semakin luas dan banyak, apalagi zamannya semua orang bisa berhak punya apa saja asalkan punya uang, punya koneksi dan punya beking pejabat.

Sehingga membentuk usaha yang akhirnya lebih mengarah kepada kepentingan pribadi sebagai lahan aset jika kelak tak lagi berjaya dalam kariernya.

Fenomena AUM yang terseok-seok, hidup segan mati tak mau, pembangunan yang terhenti, rencana yang gagal total ingin membangun, kesejahteraan yang masih jauh mustahil, dan berbagai kendala lainnya yang begitu menyakitkan lagi menyulitkan.

AUM tak hanya sekolah dan kampus saja, sebab begitu luas selama tujuan nya untuk gerakan dakwah dalam kemaslahatan. Kenapa masih ada AUM yang belum juga meningkat dan naik kelas?

Dari sekian banyak diskusi ternyata akibat dari pekerja AUM yang tak peduli terhadap AUM itu sendiri, karena tidak punya misi yang jelas dalam bermuhammadiyah, yang ada hanyalah misi pribadi dan kepentingan sendiri saja baik itu yang kader apalagi non kader.

Hal tersebut secara garis besar dikarenakan kesejahteraan yang tak didapatkan, sehingga harus mencari jalur lain untuk menambah jalan kebutuhan ditambah pula kehidupan yang semakin sulit dengan biaya yang serba mahal lagi menjerit.

AUM terbengkalai dalam perawatan atau pembangunan, bahkan selalu kalah tertinggal dengan yang lain di luar sana yang serba cepat.

Terlebih pula citra Muhammadiyah yang kaya raya dan organisasi Islam besar di level pimpinan pusat, membuat sebagian orang non Muhammadiyah menjadi skeptis dan tak lagi ingin membantu banyak Muhammadiyah yang ada di daerah, cabang dan ranting yang selaku dikaitkan dengan kebesaran AUM yang berada di pimpinan pusat.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini