Nabi shallallahu alaihi wasallam pernah menjelaskan bahwa kedudukan iman yang tinggi ini tidak dapat diraih, kecuali dengan menghindarkan diri dari dosa-dosa besar.
Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Tidaklah beriman orang yang berzina tatkala ia berzina. Tidaklah beriman orang yang minum khamr tatkala ia meminumnya. Dan tidaklah beriman orang yang mencuri ketika ia mencuri.” (HR. Bukhari 2475)
Mereka yang berakhlak baik, seringkali akan terhindarkan dari perbuatan dosa dan kezaliman karena akhlaknya tersebut. Akhlaknya juga yang akan menuntunnya melakukan perbuatan mulia dan terpuji.
Jika terkumpul pada diri seseorang akhlak yang baik, keimanan yang tinggi, serta rasa takut kepada Allah Ta’ala, bisa dipastikan ia akan lebih berhati hati, menjaga, dan menghindarkan dirinya dari larangan larangan Allah Ta’ala.
Karena ia sadar bahwa kemaksiatan dan dosa sangatlah berlawanan dengan rasa syukur dan perbuatan baik. Tidak mungkin kebaikan yang selama ini Allah berikan kepadanya dibalas dengan kekufuran dan kemaksiatan kepadaNya.
Allah Ta’ala berfirman: “Tidak ada balasan kebaikan, kecuali kebaikan (pula).” (QS. Ar-Rahman: 6)
Akal yang sehat akan menghalangi pemiliknya dari berbuat sesuatu yang tidak pantas dan tidak baik.
Akal yang sehat akan memotivasi pemiliknya untuk senantiasa bertakwa. Oleh karenanya, di dalam Al-Qur’an, Allah Ta’ala mengajak mereka yang berakal untuk bertakwa.
Allah Ta’ala berfirman:
“Katakanlah, ‘Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah, wahai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al-Ma’idah: 100)
Banyak sekali amalan amalan dalam ajaran Islam yang disyariatkan dengan tujuan untuk mewujudkan takwa. Salat yang kita lakukan merupakan bukti nyata ikatan seorang hamba dengan Rabbnya.