Pimpinan Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Bojonegoro menggelar pengajian rutian setiap Sabtu malam atau malam Ahad. Kali ini pengajian digelar di Masjid An Nur Sugihwaras Bojonegoro yang menghadirkan pembicara Ustaz Nasukhi.
Dalam kesempatan tersebut, Ustaz Nasukhi mengajak hadirian dan warga muslim pada untuk senantiasa meningkatkan derajat kita sebagai makhluk Allah swt. Hanya dengan ketinggian derajat maka kita menghadapi fenomena zaman akhir-akhir ini.
“Ada dua syarat yang menjadikan naiknya derajat seseorang yakni iman dan ilmu,” jelas Ustaz Nas, sapaan akrabnya.
Dia lantas menyampaikan sejumlah kejadian dan fenomena sosial akhir-akhir ini seperti yang tersiar dari media sosial (medsos). Seperti kejadian melukai fisik dengan benda tajam seperti pisau, kaca, pimes. Kemudian merayakan ulang tahun yang berlebihan hingga menghilangkan nyawa.
“Bahkan pergaulan perempuan dan laki-laki yang semestinya belum waktunya. Kemudian diajak untuk bertemu sampai akhirnya hal yang tidak wajar terjadi. Ini sungguh memprihatinkan,” jelasnya.
Maraknya fenomena sosial tersebut menandakan tidak adanya ilmu dan iman pada masyarakat.
“Dan itu dikhawatirkan terjadi pada lingkungan kita, kalau kita tidak senantiasa meningkatkan derajat diri melalui peningkatan iman dan terus menambah ilmu, seperti kajian mala mini,” tambahnya.
Ustas Nas lantas mengingatkan akan pentingnya menanamkan iman (salimul akidah) kepada anak- anak kita. Agar mereka nantinya menjadi pribadi yang tidak taklid dan tidak goyah dalam keteguhan keyakinan.
“Tuntunan praktik ibadah (shohihul ibadah), amalan yang senantiasa sesuai ajaran Rasulullah. Sebab sering kita jumpai ketika anak-anak kita suruh bertayamum, mereka mempraktikkan sama dengan wudhu. Belum praktik-praktik yang lain. Kalau praktik tayamum saja masih belum benar, kita mengelus dada,” tambahnya.
Anak- anak kita, lanjut Nasukhi, harus mampu berusaha sendiri. Mengajarkan anak-anak untuk mandiri. Ada banyak hikmah ketika orang tua kita terdahulu yang beberapa sudah meninggalkan kita semua. Mulai dari disuruhnya memijat, memotong rumputan, dan yang lainnya.
“Tak sadar kita semua diajarkan untuk membuka peluang. Sehingga kita bisa mentherapy, membuka bengkel yang orang tuanya dulu bengkel, hingga banyak bengkel kecil sekarang sudah besar. Mempunyai pemikiran yang luasan. Jangan seperti kodok dalam tempurung. Sehingga bisa bergaul dengan masyarakat umum dan banyak pengalaman,” jelasnya. (muhammad Jamaluddin)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News